Minggu, 28 Maret 2010

Wisata - Batu Hiu?

Batu Hiu, Rindu "Jamahan" Wisatawan

PADA tahun 1980-an, pesona Pantai Batu Hiu begitu mencorong. Kawasan
wisata yang terletak di Desa Ciliang, Kecamatan Parigi, Kabupaten
Ciamis itu menjadi tujuan wisata favorit. Batu Hiu menjadi favorit
karena kondisi dan suasana pantainya yang khas. Batu karang yang salah
satu ujungnya menyerupai moncong hiu menjadi ikon utamanya.

Selain batu berbentuk moncong hiu, tiupan angin yang khas, deburan
ombak yang menggelora, dan pasir pantai yang menawan menjadi perpaduan
yang unik dan mendatangkan pesona tersendiri. Semua pemandangan alam
menakjubkan itu bisa dinikmati pengunjung sambil duduk di atas sisi
pantai yang berada di ketinggian dan di bawah rindangnya pepohonan.

Belakangan, pamor objek wisata yang berjarak sekitar empat belas
kilometer ke arah barat Pantai Pangandaran itu sepertinya terus
merosot seiring dengan tergerusnya batu karang yang menyerupai moncong
ikan hiu. Kian banyaknya pilihan berwisata di Pantai Pangandaran yang
dilengkapi berbagai fasilitas dan kemudahan akomodasi juga turut andil
"menenggelamkan" pamor Batu Hiu.

Apalagi, popularitas objek wisata lain seperti Cukang Taneuh atau
lebih dikenal Green Canyon dengan bebatuannya yang eksotik dan Pantai
Batu Karas karena kawasan pantainya yang bersahabat dan dapat
digunakan untuk berolah raga surfing. Ditambah oleh tidak tersedianya
sarana dan prasarana yang mendukung layaknya objek wisata, Pantai Batu
Hiu semakin jarang dikunjungi wisatawan.

Namun, peristiwa gelombang tsunami 16 Juli 2006 lalu telah mengubah
kawasan Pantai Batu Hiu secara alami. Pantai menjadi landai dan pasir
putih lembutnya sangat menantang untuk dikunjungi. Perbukitan karang
yang menjadi ciri khas Pantai Batu Hiu untuk melihat ke lautan lepas
dan menyaksikan matahari tenggelam pada sore hari juga begitu menggoda
selera berwisata.

"Pantai Batu Hiu tidak beda jauh dengan Tanah Lot di Bali. Di atas
bukit, selain kita dapat menikmati lautan lepas dan deburan ombak
menabrak karang, (pantai) Batu Hiu menyuguhkan fenomena alam matahari
tenggelam yang sangat luar biasa," ujar Kasi Produk Pariwisata di
Bidang Kepariwisataan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat M.
Taufik Iskandar, saat melakukan pemantauan lapangan jelang pelaksanaan
revitalisasi lima objek wisata di Pangandaran, beberapa waktu lalu.

Apa yang diungkapkan Taufik memang benar. Setelah Pantai Pangandaran,
terutama pantai barat, mulai dipenuhi pedagang tenda biru dan
digunakan untuk menambatkan perahu oleh nelayan akibat kawasan pantai
timur mengalami abrasi, Pantai Batu Hiu menjadi alternatif utama untuk
menikmati suasana pantai laut selatan.

Selain jaraknya yang hanya empat belas kilometer dan hanya memakan
waktu tidak lebih dari dua puluh menit dari Pangandaran, di Pantai
Batu Hiu, pandangan mata kita ke laut lepas tidak akan terhalang
deretan perahu nelayan atau tenda biru pedagang. Hal yang lebih
mengasyikkan adalah saat matahari tenggelam, fenomena alam ini akan
sangat sempurna bila disaksikan saat musim kemarau.

Dari atas bukit kecil yang ditumbuhi pohon-pohon pandan laut (Pandanus
tectorius) dengan akar besar dan memanjang, wisatawan dapat
menyaksikan birunya Samudra Indonesia dengan deburan ombaknya yang
menggulung putih. Kita juga bisa menyaksikan deburan ombak yang
menabrak bukit karang dengan suara deburnya yang keras dan menciptakan
buih putih.

Di atas bukit, wisatawan juga bisa menyaksikan aktivitas nelayan dan
wisatawan yang memancing ikan. "Kalau hari sedang bagus, ada banyak
ikan di sini, minimal ikan layur," ujar Momo (52) sesepuh Batu Hiu.

Tidak hanya pemandangan alam eksotik yang dapat kita lihat di atas
bukit karang. Berenang di Pantai Batu Hiu bisa dibilang lebih nyaman
dibandingkan dengan di Pantai Barat Pangandaran. Sedikitnya aktivitas
masyarakat ataupun nelayan menjadikan air laut jernih dan pantainya
masih asri. Akan tetapi, bukan berarti kita aman melakukan aktivitas
di pantai karena terkadang banyak ubur-ubur yang terbawa ke pantai dan
bisa membuat kulit kita gatal bila terinjak atau mengenai tubuh kita.

Hal yang sangat menarik adalah mengubur tubuh di dalam pasir saat
matahari tepat di atas kepala. Di bawah rerimbunan pohon pandan laut
atau katapang, kehangatan pasir Pantai Batu Hiu diyakini masyarakat
atau sebagian pengunjung dapat menghilangkan penyakit pegal-pegal,
asam urat, rematik, dan lainnya. "Ya, minimal menghilangkan rasa
penat," ujar Momo.

Mengenai makanan, menu yang ditawarkan tidak beda jauh dengan yang ada
di Pantai Timur Pangandaran. Bahkan ada makanan yang membedakan Pantai
Batu Hiu dengan yang ada di Pangandaran. Makanan tersebut adalah
gado-gado lalaban rebus atau rujak ulek honje, yang hanya dengan uang
Rp 2.500 saja sudah dapat kita nikmati.

Di kawasan Pantai Batu Hiu, kini tengah dikembangkan penangkaran penyu
hijau dan jenis penyu lain seperti penyu lekang, penyu tempayan, dan
penyu sisik. Seperti halnya di Cipatujah, Citireum, Pangumbahan,
Cidaun, dan Sindang Barang, di mana Batu Hiu dengan Pandan Laut
merupakan tempat yang hangat bagi penyu bertelur. Jadi, saat ini
Pantai Batu Hiu bisa dikatakan merupakan objek wisata bahari lengkap
di Pangandaran.

Untuk mencapai Batu Hiu dari Pangandaran bisa ditempuh dengan
kendaraan roda dua dan empat ke arah barat dari Pantai Pangandaran,
searah dengan objek wisata Pantai Batu Karas dan Green Canyon.
Fasilitas jalan cukup mulus dan bila menggunakan kendaraan umum, ada
bus Banjar-Parigi atau Ciamis-Parigi, sekitar 15 hingga 20 menit
perjalanan. Rasanya tidak terlalu jauh dan memakan banyak waktu untuk
menikmati fenomena langka wisata bahari. (Retno H.Y./"PR")***


__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar