Minggu, 07 Maret 2010

Anggur Emas 6

 

Buku 1

ANGGUR  EMAS

Karya: Usdek Emka J.S.

[6]

      Tak terhitung berapa lama kakek itu mengikuti Raden Pekik.  Dan sudah berapa pukulan yang diterimanya.  Pada suatu hari,  sampailah mereka di sebuah belik di lereng Merbabu.  Dari seorang pengelana,  Raden Pekik tahu kalau belik itu memang Umbul Tirto yang sedang dicari-carinya. Ciri-ciri umbul itu sama dengan yang diceritakan kakek buyutnya sebelum ia berangkat. Maka giranglah hati Raden Pekik.

        Dengan hati-hati sekali ia keluarkan buah anggur dari gucinya.  Demi melihat buah anggur itu,  si Kakek menjerit-jerit sambil bergulingan minta diberi sebuah saja.

        "Kek,  kalau memang kamu kehausan minumlah air belik ini,"  nasihat Raden Pekik kepada kakek itu.

        "Tidak,  aku tidak haus lagi.  Tapi aku mau minta anggur itu.  Sebutir saja,  anak muda."

        Raden Pekik tak menghiraukannya lagi.  Ia berpikir orang tua itu memang tidak tahu diri.  Maunya memiliki barang yang jadi milik orang lain.  Tentu saja Raden Pekik tidak berani memberikan anggur itu  karena ia belum mendapat ijin dari Eyang Dreyo.  Baginya ini sangat penting.  Ia merasa tidak berhak memberikan anggur itu pada orang lain.  Maka ia tidak peduli lagi dengan kakek itu.

        Kini ia sudah sampai di belik yang berhari-hari dicarinya.  Maka ia pun segera melakukan persiapan untuk merendam anggur itu.

        Dengan membaca "Bismillah "  dimasukkannya anggur itu ke dalam belik.  Tapi…, anggur itu tidak berubah menjadi emas seperti yang diceritakan Eyang Buyut.  Raden Pekik penasaran.  Ia merendam sekali lagi,  hasilnya sama.

        "Apakah belik ini Umbul Tirto?"  pemuda itu menjadi ragu.  Rasanya pengelana itu tidak berbohong.  Ia bantah  sendiri keraguan hatinya.  "Tapi mengapa anggur ini tidak berubah?"  bisik hatinya yang lain.  Ia termenung-menung tak mengerti.

        Tiba-tiba saja telinganya yang tajam mendengar kakek tua itu tertawa terbahak-bahak.  Suaranya menggelegar ke angkasa.

        "Hai anak muda yang tak punya rasa belas kasihan.  Kau kualat padaku.  Aku tahu  Umbul Tirto menolakmu.  Ketauhilah,  belik ini hanya menerima manusia berhati bersih.  Dan,  kau sebaliknya.  Kau tak punya roso welas asih.  Ha…ha..ha.." [6]

__._,_.___

Recent Activity:

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar