Rabu, 17 Maret 2010

Anggur Emas 12

 

Buku 1

ANGGUR  EMAS

Karya: Usdek Emka J.S.

[12]

        Setelah berpikir sejenak, Putri mendapat akal. Ia bebaskan salah seorang anak buah ayahnya. Dengan tepukan ringan di pangkal leher, maka sadarlah orang itu dari pingsannya.

        "O, kau." Orang itu terbelalak kaget mendapati Putri jongkok di sampingnya.

        "Iya paman. Ini saya, Putri."

        Orang itu mengamati keadaan sekelilingnya. Melihat kawan-kawannya roboh, ia jadi teringan apa yang sedang terjadi.

        "Aku tadi sembrono. Ternyata pemuda itu berilmu tinggi," keluhnya menyesali diri. "Syukurlah kau cepat datang Putri."

        "Apa yang terjadi paman?"

        "Setelah kamu pergi, ayahmu menyuruhku melucuti pemuda itu. Ternyata dia memang membawa uang banyak. Nampaknya ia anak saudagar kaya. Ayahmu sangat gembira dengan hasil kali ini. Kami semua bersenang-senang sambil minum tuak setelah mengikat pemuda itu di pohon jati. Tapi…," orang itu tak melanjutkan ceritanya.

        "Tapi kenapa paman?'

        "Siapa sangka kalau pemuda itu bisa lepas dari ikatan. Begitu terlepas dia mengamuk. Dalam sekejap, orang-orang itu ditotoknya roboh."

        "Termasuk ayah?"

        "Ya."

        "Apakah ayah tidak dapat mengatasi pemuda itu?"

        "Tidak. Saat itu ayahmu lagi mabuk."

        "Bagaimana dengan ki Supo dan ki Mangun?"

        "Mereka sedang semedi di gua masing-masing."

        Mendengar keterangan itu, Putri bersungut-sungut tak senang. Ia memang tak suka dengan kebiasaan buruk ayahnya yang suka minum-minum sampai mabuk kalau hasil rampokannya besar. Dan, marah-marah sambil mengumpat kasar kalau dalam beberapa hari tak mendapat mangsa. Ia pernah mengingatkan ayahnya. Tapi, ayahnya marah besar. Putri ditamparnya. Ia jadi malu sekali. Meski masih kencur, ia adalah seorang gadis. Diperlakukan kasar di depan orang banyak begitu, ia tak senang. Sejak saat itu, Putri tak berani lagi menegur ayahnya.

        "Lalu dimana ayah sekarang?"

        "Pemuda itu membawanya pergi. Ketika aku mengejarnya, ia merobohkanku. Sebelum menotokku pingsan, ia menitipkan  ini untukmu." Orang itu mengeluarkan secarik kain. Putri segera membaca pesan di kain itu. [12]

__._,_.___

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar