Kamis, 04 Maret 2010

My Name is Khan, and I am not a Terrorist".Antara Identitas dan Paranoid Amerika-

 

"My Name is Khan, and I am not a Terrorist".Antara Identitas dan Paranoid Amerika-

 

 

My Name is Khan, sebuah film garapan Karan Johar, Sembilan tahun
setelah tragedi WTC, paranoid ini digambarkan secara apik melalui
sebuah layar film. Bukan produksi Hollywod, tetapi Bollywood. Berhasil
menghadirkan paranoid Amerika terhadap Islam. Tepatnya, terhadap nama
yang berbau Islam: Khan.

Paranoid Amerika terhadap Islam memang keterlaluan. Atas nama keamanan
negara, Amerika melanggar hak azasi manusia yang selalu dijunjung
tinggi. Konstitusi Amerika – Amandemen ke-14 mensyaratkan bahwa semua
warga negara Amerika Serikat diperlakukan sama di bawah hukum –
terabaikan.

Diskriminasi tidak hanya terhadap warga asing, tetapi juga terhadap
warganya sendiri yang kebetulan beragama Islam. Media massa di seluruh
dunia senantiasa melaporkan diskriminasi yang ganjil ini.

"My Name is Khan and I am not a terrorist," ujar Rizwan Khan (Shahrukh
Khan) berulang kali kepada mereka yang mencurigainya sebagai seorang
muslim garis keras.

Sepanjang film berdurasi 2,5 jam ini hanya kata-kata itulah yang ingin
disampaikan Khan kepada dunia, terutama Presiden Amerika Serikat,yang
ingin ditemuinya dan mengucapkan pesan tersebut langsung di wajah sang
Presiden. Setelah tragedi 9/11 di Amerika Serikat, hidup Khan memang
berubah hancur mengerikan.Alur cerita film ini seputar tiga tema yang
menonjol,yaitu love story antara Rizwan Khan dan Mandira (Kajol),
stigmatisasi Pemerintah Amerika Serikat (AS) terhadap umat Islam
sebagai teroris, dan kejujuran serta keluguan pemuda Khan yang mengidap
sindrom asperger, bagian dari spektrum autis, sehingga sulit
berkomunikasi dalam pergaulan sosial. Ketiganya diramu sedemikian rupa
dengan teknik dan seni perfilman yang sangat bagus sehingga penonton
tidak jemu mengikuti alur cerita film berdurasi 160 menit tersebut.Film
ini juga menginspirasi penonton tentang kesetiaan cinta dan nilai
kemanusiaan yang menjadi pengikat semua kelompok sosial keagamaan yang
doyan bertikai.

Sebagai seorang imigran muslim dari India di Amerika Serikat, hidup
Khan tidaklah mudah. Setelah sang ibu meninggal dunia,ia menyusul kakak
laki-lakinya Zakir Khan yang sudah lebih dulu tinggal di Amerika.
Kondisinya yang mengidap sindrom asperger— yang membuatnya sulit
beradaptasi dengan lingkungan baru, tampak seperti orang idiot, dan
takut setengah mati dengan warna kuning— tidak menghalanginya untuk
mencoba peruntungan di negeri impian tersebut.

Sesampainya di sana, Khan mencari sesuap nasi dengan menjadi sales
kosmetik wajah. Khan juga seorang muslim yang taat,rajin menjalankan
salat,entah di pinggir jalan,airport ataupun masjid. Bekerja sebagai
salesman kosmetik herbal milik Zakir, Khan bertemu Mandira, seorang
janda cantik beranak satu yang juga pemilik salon kecantikan. Singkat
cerita, Khan akhirnya menikahi Mandira yang sama-sama berasal dari
India dan nama Khan pun melekat di belakang nama Mandira dan anaknya,
Sameer dari pernikahan pertamanya, beragama Hindu.Tragedi rumah tangga
muncul gara-gara terjadi aksi terorisme 11 September 2001 yang
meluluhlantakkan menara kembar WTC dan berbagai aksi Osama bin Laden
yang beroperasi di seputar Pakistan dan Afghanistan.

Mereka hidup bahagia dan bersahabat baik dengan tetangga yang non
muslim. Semua berubah saat peristiwa 9/11 terjadi.Tetangga Khan yang
seorang jurnalis dikirim ke Afghanistan demi memburu berita Osama bin
Laden. Ia tewas beberapa hari kemudian. Sang anak, yang juga bersahabat
dengan Sam, lantas menganggap kalau semua ini adalah akibat orang-orang
muslim seperti Khan dan keluarganya.

Nama Khan secara jelas menunjukkan identitas keislaman sehingga
mengundang kecurigaan dan sinisme dari warga kulit putih AS.
Teman-teman sekantor Haseena, istri Zakir yang selalu berkerudung,
mulai menunjukkan antipati kepadanya. Reese, teman karib sekolah Sameer
Khan yang paling akrab, pun tiba-tiba bersikap tak acuh, bahkan
menunjukkan sikap tidak senang kepadanya sehingga Sameer sedih dan
bingung.Puncak dari ketidaksenangan Reese ini terjadi ketika keduanya
bertengkar di tengah lapangan bola. Pertengkaran itu tanpa sengaja
diketahui beberapa kakak kelasnya yang kemudian ikut menghajar Sameer
karena Sameer Khan datang dari keluarga muslim. Di luar dugaan, Sameer
Khan meninggal akibat dihajar ramai-ramai.Waktu itu sesungguhnya Reese
berusaha menghalangi, tapi gagal. Dia tergeletak sendirian di lapangan
bola, semua pelakunya lari untuk membuang jejak.

Mengetahui Sameer meninggal, kemarahan dan kesedihan Mandira
meledak."Ini semua gara gara saya menikah dengan Khan," teriaknya
sambil mengusir Khan agar pergi meninggalkan rumah. Mandira berduka
sekaligus murka. Ia ikut-ikutan menyalahkan Khan dan dirinya yang mau
saja dinikahi seorang muslim. Ia lantas mengusir Khan sambil berkata
pedas,"Yang tahu bahwa kau orang baik hanyalah teman-teman kita. Itu
tak ada gunanya.Jadi, lebih baik kau temui Presiden dan katakan
kepadanya bahwa kau muslim dan bukan teroris agar ia bisa membuat
perubahan yang lebih baik." Khan yang polos menganggap serius perkataan
istrinya. Ia pergi dari rumah Mandira sambil membawa tas ransel besar,
berkelana, bertemu satu peristiwa suka dan banyak peristiwa duka dengan
satu tujuan besar: bertemu Presiden dan menyampaikan pesan mengharukan
itu,"My name is Khan,and I'm not a terrorist.

Sebagai pemuda autis yang lugu, jujur, taat beribadah, dan sangat
mencintai kemanusiaan, Khan berusaha mendatangi forum yang dihadiri
Presiden AS hanya untuk bertemu, memenuhi permintaan Mandira, agar
dirinya bisa diterima kembali. Nasib sial terjadi.Dalam perjalanannya
Khan justru dituduh oleh aparat kepolisian sebagai teroris yang hendak
membunuh Presiden. Dia dimasukkan sel tahanan serta disiksa gara-gara
dia seorang muslim dan dicurigai sebagai teroris. Padahal Khan adalah
seorang yang antikekerasan dan mudah tersentuh melihat orang
menderita,apa pun agamanya. Demikianlah, menonton film ini membuat kita
jadi tercenung.

Ternyata justru seorang autis dari Mumbai yang secara spektakuler telah
menjelaskan Islam kepada masyarakat Barat dengan cara yang sangat
menyentuh, asyik ditonton, dan sekaligus mendatangkan uang miliaran.
Bukan dengan teriak-teriak demonstrasi di jalan atau lapangan terbuka
sambil teriak "Allahu Akbar". Tiga tragedi besar dalam sejarah, yaitu
pecahnya Perang Salib, pendudukan Israel di Palestina, dan aksi teroris
11 September 2001 telah mengguncang dan mengubah kehidupan beragama
pada level dunia. Hubungan Barat dan dunia Islam menjadi saling
berhadapan, bukannya berkoalisi membangun peradaban yang maju dan damai.

" My Name is Khan direspons sangat menakjubkan oleh dunia internasional.

Diputar perdana di Berlin International Film Festival pada awal
Februari 2010, film besutan Karan Johar ini langsung masuk deretan box
office internasional. Film ini juga memecahkan rekor penjualan terbesar
film India secara internasional pada malam pembukaan dan minggu
pembukaannya, termasuk mengalahkan film Bollywood lain yang juga sukses
secara internasional, 3 Idiots.

Karan Johar sukses menggambarkan kepedihan dan kehancuran hidup
orang-orang selepas tragedi tersebut.Tak hanya bagi orang muslim, juga
orang terdekat mereka, bahkan bagi orang Amerika.Karan seolah ingin
memberi tahu bahwa kepedihan akibat tragedi itu adalah milik semua.

Ia juga cukup hati-hati saat mengisahkan konflik antara Hindu dan Islam
di India, plus soal Amerika dan kaum muslim demi menghindari protes
dari kemunculan film tersebut.

Melalui bahasa film ini, Khan dan Mandira telah berusaha menjembatani
hubungan Islam dan Kristen yang saling mencurigai dan membenci. Lewat
sosok Khan, film ini berhasil menampilkan ajaran Islam yang peduli pada
penderitaan sesamanya tanpa mempersoalkan keyakinan agama. Rizwan Khan
yang autis itu selalu ingat pesan ibunya, Zarina Wahab, bahwa di dunia
ini ada dua macam pribadi, baik dan buruk, apa pun agama dan
sukunya.Kebaikan itu mengatasi semua perbedaan.Nasihat ini
diulang-ulang untuk diperdengarkan kepada dunia bahwa Islam itu agama
cinta kasih, damai, dan senang pada kebaikan.

Ketika Khan membantu membangun gereja yang rusak akibat banjir,
pemandangan semacam itu dulu mudah ditemukan di Indonesia bagian timur,
tetapi akhir-akhir ini kian berkurang. Rizwan Khan,yang diperankan oleh
Shahrukh Khan, bintang film termahal di India, dan Mandira yang
diperankan oleh Kajol juga berhasil menyajikan drama cinta tipikal
India, meski tidak kental sekali,yang menampilkan kesetiaan, air mata,
nyanyian, tarian, ujian, dan ujungnya happy ending

Rizwan Khan akhirnya tak hanya mampu mengatasi masalah dalam kehidupan
pribadinya, tapi juga mengatasi masalah negara dengan aksi kemanusiaan
menyelamatkan para korban banjir yang tidak mendapat perhatian
pemerintah. Rizwan yang berperilaku layaknya malaikat, yang setelah
dibenamkan dalam kondisi paling buruk, kemudian diangkat dan
dibahagiakan dengan kondisi yang sangat ideal serta menjadi dambaan
semua manusia.

sumber : milist kahmi pro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar