Buku 1
ANGGUR EMAS
Karya: Usdek Emka J.S.
[5]
Di ujung dusun, remaja itu dihadang oleh seorang kakek tua renta yang merintih-rintih menahan sakit.
"Haus. Oh, haus sekali," rintih kakek itu. "Berilah aku minum nak. Berikan setetes air yang aku bawa itu," pintanya.
"Maaf, kek. Aku tidak membawa air. "
"Oh, haus. Aku haus sekali. Anak muda, beri aku seteguk air saja."
"Kek, sekali lagi kuberi tahu. Aku tidak membawa air."
"Lalu yang kau bawa itu apa?"
Ditanya begitu Raden Pekik jadi termenung. Menurut pesan kakeknya, perjalanan ini adalah perjalanan rahasia. Jadi tak semestinya ia memberitahukan apa yang dibawanya. Tapi, kakek itu terus merengek-rengek minta air padanya. Sebenarnya bisa saja ia berlari cepat meninggalkan kakek itu. Tapi, ia tidak tega. Kasihan sekali kakek setua itu kehausan di jalanan.
"Ayolah berikan airmu itu anak muda," rengek kakek itu menyadarkan Raden Pekik.
"Duh, kakek. Yang kubawa ini bukan air tapi anggur."
"Oh…kalau begitu, anggur juga aku mau. Berikan sebutir saja kepadaku," kakek itu mendesak. Tapi Raden Pekik tidak mau memberikannya.
"Anggur ini bukan milikku, kek. Aku tidak bisa memberikannya padamu," jawabnya agak tak sabar.
Tapi kakek tua itu tak mau mengerti. Dia terus mendesak Raden Pekik hingga remaja itu hilang kesabarannya. Dibentaknya kakek itu. Tapi kakek itu nekad. Dia terus mengikuti kemana Raden Pekik pergi sambil merengek-rengek minta buah anggur hingga pemuda itu benar-benar marah dibuatnya. Dipukulnya kakek itu, tapi ia tetap mengikutinya [5].
__._,_.___
Recent Activity:
Switch to: Text-Only, Daily Digest • Unsubscribe • Terms of Use
.
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar