Senin, 11 Juni 2012

SOSOK KELAS MENENGAH

SOSOK KELAS MENENGAH
Makin Konsumtif, Makin Konservatif

Oleh BAMBANG SETIAWAN

Kelas menengah Indonesia saat ini merupakan lapisan masyarakat yang gigih mengejar identitas kelas lewat gaya hidup, tetapi konservatif dalam ideologi dan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap peran negara.

Kebangkitan kelas menengah dalam politik sempat menjadi kalimat penanda ketika Soeharto berhasil ditumbangkan dari tampuk kekuasaannya lewat demonstrasi besar tahun 1998. Terlebih, ketika demokrasi liberal kemudian diterapkan di Indonesia dengan pemilihan umum yang bebas tahun 1999, lalu diikuti pemilu langsung anggota parlemen dan presiden sejak tahun 2004, dan berikutnya pemilihan kepala daerah secara langsung sejak tahun 2005. Pengadopsian demokrasi dengan menerapkan prosedur-prosedur yang menjamin kebebasan memilih seolah menggambarkan pesatnya perubahan ideologi kelas menengah dari konservatif menjadi liberal.

Namun, 14 tahun setelah reformasi, pertanyaan sebaliknya justru layak diajukan. Apa yang terjadi dengan kelas menengah kita saat ini? Di tengah ketegangan sosial yang memburuk dan banyaknya pejabat yang korup, kelas menengah lebih suka antre mengejar diskon telepon genggam merek Blackberry daripada membentuk barisan menegakkan pilar demokrasi.

Survei Litbang Kompas yang dilakukan Maret-April 2012 memperlihatkan, semakin tinggi kelas sosial, semakin banyak mereka mengoleksi semua ornamen dan aktivitas gaya hidup. Di satu sisi, masyarakat berlomba menaikkan citra kelasnya dengan berusaha mengadopsi gaya hidup konsumerisme. Di sisi lain, mereka cenderung menanggalkan nilai-nilai demokrasi dan kembali menarik bandul politik ke arah otoritarianisme.

Membandingkan kelas menengah saat ini dengan hasil survei sejenis yang pernah dilakukan Litbang Kompas tahun 1997, gambaran yang tertangkap sungguh mengejutkan. Pada survei yang dilakukan setahun menjelang kejatuhan Soeharto tersebut, gambaran tentang demokrasi begitu menggembirakan. Semua kelas, termasuk kelas menengah, cenderung memandang pentingnya demokrasi.

Namun, sekarang gambaran yang tertangkap adalah masyarakat yang antidemokrasi yang mengharapkan negara lebih berperan dalam mengendalikan "keliaran" demokrasi. Tirani mayoritas tumbuh subur di semua kelas, mengesampingkan minoritas.

Kecenderungan melakukan simplifikasi nilai demokrasi dengan hanya berpegang pada makna "mayoritas" menang melawan "minoritas" ekuivalen dengan perkembangan yang terjadi sejak reformasi bergulir hingga hari ini. Masyarakat, termasuk kelas menengah, kian tak peduli terhadap orang-orang yang termarjinalkan, minoritas yang tersingkirkan dalam tata kehidupan kenegaraan. Terhadap penganut Ahmadiyah yang dikejar-kejar dan dimusnahkan, mereka cenderung tidak ambil pusing. Mereka lebih suka berlindung aman di balik ideologi "mainstream".

Kelas menengah merupakan strata sosial dengan anggota terbesar saat ini yang terbentuk oleh mobilitas ke atas yang cukup besar, yakni berupa naiknya status sosial sejumlah orang yang tadinya berasal dari kelas bawah menjadi kelas menengah. Komposisinya juga dilengkapi oleh turunnya sejumlah orang dari kalangan atas dan menengah atas ke kelompok menengah.

Kelas menengah mencerminkan sebuah strata yang secara sosial ekonomi belum cukup kuat. Mereka dicirikan oleh rata-rata pendidikannya yang setingkat SMA dengan penghasilan sekitar Rp 1,9 juta dan pengeluaran Rp 750.000-Rp 1,9 juta per bulan.

Mereka juga dicirikan oleh luasnya variasi pekerjaan, mulai dari wirausaha perseorangan, pedagang, pegawai negeri rendahan, pegawai swasta setingkat supervisor dan karyawan biasa, serta mereka yang memilih profesi sebagai ibu rumah tangga, pelajar/mahasiswa, dan pensiunan. Jumlah mereka diperkirakan berada di kisaran 50 persen dari jumlah penduduk perkotaan yang disurvei.

Kelas menengah juga dicirikan sebagai kelas yang mulai melek teknologi dan lebih banyak pergi ke mal dibandingkan dengan kelas bawah. Mereka memiliki waktu luang lebih banyak dibandingkan dengan kelas menengah atas. Rata-rata pencari nafkah dari kelas ini bekerja 8 jam per hari, sedangkan kelas menengah atas bekerja 10 jam sehari.

Meskipun memiliki kecenderungan mengejar materi dan berusaha tampil modis demi mempertahankan identitas kelasnya, sesungguhnya kelas menengah lebih menampakkan gambaran psikologis tipe pemeluk teguh (believer) yang konvensional, memiliki kepercayaan tebal pada tradisi dan nilai-nilai keluarga, agama, masyarakat, serta kehidupan bernegara.

Kelas ini cenderung tidak berani mencoba sesuatu yang baru tanpa melihat terlebih dahulu bagaimana kelompok menengah ke atas melakukannya. Demikian juga dalam pembelian barang-barang, mereka cenderung memakai merek-merek yang sudah terkenal, dan baru mau coba-coba setelah betul-betul yakin banyak yang memakainya.

Gila karier

Sifat-sifat progresif dan keinginan untuk meraih kemajuan baru muncul di kelas menengah atas, tetapi sayangnya jumlahnya masih terlalu sedikit untuk dapat menjadi kekuatan pendorong perubahan sosial. Kelas menengah atas-lah yang sesungguhnya memiliki ciri-ciri paling menonjol dari sebuah kelas yang jauh berbeda dibanding kelas bawah, dan memiliki karakter khusus yang dapat dibedakan dengan kelas-kelas lainnya.

Kelas ini jumlahnya 1,7-5,5 persen, dan memiliki gaya hidup lebih mewah, menikmati kemakmuran setelah berjuang keras. Mereka adalah para pemilik usaha dengan jumlah karyawan 1-10 orang, para manajer, atau pegawai swasta setingkat supervisor tetapi bergaji besar. Pendidikan mereka rata-rata setingkat sarjana dan memiliki dorongan untuk selalu maju dalam karier.

Rata-rata kelas menengah atas termasuk ke dalam kelompok "gila karier" (achiever). Tipe ini dicirikan oleh keinginan yang kuat untuk meraih kemajuan, berorientasi pada hasil, dan memiliki komitmen yang tinggi terhadap keluarga. Dengan kemauan dan kebutuhan yang besar, mereka aktif berada di pasar barang-barang konsumsi kualitas atas. Bagi mereka, citra adalah penting sehingga kelas ini cenderung menyukai barang-barang yang dapat mengangkat prestise, dan menyenangi variasi dalam penggunaan waktu luangnya.

Kelompok profesional muda dari kelas menengah atas yang berusia di bawah 30 tahun menjadi pengunjung paling aktif pusat perbelanjaan. Mereka mendatangi mal beberapa kali dalam seminggu.

Sementara itu, kelas menengah atas yang berusia 46-55 tahun turut andil dalam menyumbang kemacetan di jalur-jalur wisata. Mereka menikmati hidup dengan rekreasi ke luar kota beberapa kali dalam sebulan. Kelompok usia ini pula yang paling banyak membaca koran setiap hari dengan cara berlangganan. Sebaliknya, kelompok muda 22 tahun ke bawah dari kelas ini hampir-hampir tidak suka mencari informasi dari televisi, tetapi mereka sangat aktif menelusurinya melalui internet.

Meskipun tampak menikmati kemewahan hidup dan rakus dalam mengonsumsi barang-barang penunjang gaya hidup kelas atas, pandangan politik kelas menengah dan menengah atas cenderung konservatif, menghargai otoritas dan "status quo". Terhadap berbagai permasalahan bangsa, mereka kritis menilai baik atau buruknya keadaan, tetapi belum tergerak untuk mengorganisasi diri untuk mengubahnya.

Kelas menengah dan menengah atas lebih menggantungkan harapan kepada kewenangan negara untuk memperbaiki apa yang buruk, mengambil jarak dengan problem-problem sosial, dan menempatkan dirinya sebagai "penonton" berbagai peristiwa.

Kedua kelas ini hanya sebatas sebagai "kelas penceloteh" yang ramai menanggapi sejenak tetapi ragu bertindak. Mereka adalah kelas pencinta sinetron yang selalu mengejar sensasi dan komedi. (Litbang Kompas)

http://nasional.kompas.com/read/2012/06/08/02212693/Makin.Konsumtif.Makin.Konservatif

__._,_.___

__

Soegija: 100 persen Indonesia, 100 persen Katolik

Ibu dan Bapak yang saya hormati. Selamat berhari Minggu.

Sebuah film berjudul Soegija karya Garin Nugroho tentang pahlawan nasional bernama Soegijapranata ini patut ditonton. Tetapi jangan mengharapkan kisah heroik dan perjuangan fisik dari film tersebut. Film ini tenang-tenang saja. Simak saja tulisan tangan Soegija dan percakapannya.

Soegija adalah nama asli Soegijapranata, lahir di Surakarta 25 November 1896 dari keluarga abdi dalem Kasunanan Surakarta. Nama tambahan Pranata (dibaca Pranoto) itu diberikan 15 Agustus 1931 ketika Soegija menerima Sakramen di kota Maastricht, Belanda. Garin, sutradara senior itu memanfaatkan catatan harian Romo Soegija untuk dijadikan film ini. Saya rasa tidak mudah membuat sebuah film perjuangan dari seseorang yang berjuang melalui pola silent diplomacy pada masa revolusi. Untungnya Bung Karno, yang merasakan jasa Romo Soegija ketika pemerintahan harus pindah ke Yogyakarta karena kembalinya Belanda ke Indonesia sehingga pada tahun 1963 pemerintahan Bung Karno memberikan gelar Pahlawan Nasional untuk Soegijapranata. Pada masa pendudukan kembali Indonesia oleh Belanda memaksa para pejuang dan masyarakat harus mengungsi ke Yogyakarta. Begitu juga Romo Sogija dan seluruh jajaran gereja dan pengikutnya di Semarang, mengungsi ke Yogya. Di sini terlihat bahwa Romo Soegija adalah seorang nasionalis sejati. Beliau menamkan ajaran kepada penganut Katolik di Indonesia untuk menjadi Indonesia sejati, katanya 'Seratus persen Indonesia, seratus persen Katolik'. Pemerintahan Indonesia memberikan status pahlawan nasional kepada Romo Soegija, empat hari saja setelah Romo meninggal. Beliau wafat tg 22 Juli 1963 dan status kepahlawanan diberikan pada tg 26 Juli 1963. Terlihat pemerintahan Bung Karno sangat cepat untuk hal2 prinsip, tidak bertele-tele, tidak 'ngayayay'.

Soegija adalah uskup pribumi (Indonesia) pertama yang diberikan oleh Vatikan. Beliau dibaptis menjadi uskup tanggal 6 Nov 1940, masih dalam kondisi pemerintahan Hindia Belanda. Baik di gereja ataupun di luar gereja, Beliau selalu menekankan pentingnya pendidikan dan kebudayaan lokal untuk karakter bangsa. Digambarkan betapa gereja menyatu dengan masyarakat, bahkan saat itu kebaktian pun dilakukan di hamparan lahan terbuka.

Pada tahun 1943 ketika Jepang menduduki Indonesia, gereja dan Rumah Sakit St Carolus dapat terus berjalan. Padahal, pemerintahan Jepang pada waktu itu akan mengambil tempat tersebut untuk markas serdadu Jepang di Semarang. Romo Soegija dengan tenang mengatakan 'penggal dulu leher saya kalau mau mengambil tempat ini'. Komandan tentara Jepang tidak meneruskan pengambilan gereja dan rumah sakit St Carolus. Statement Soegija meningkatkan rasa nasionalisme masyarakat Indonesia paling tidak di Semarang, bahwa mepertahankan negara adalah harga mati. Tidak bisa ditawar.

Sisi kemanusiaan Romo Soegijapranata sangat menonjol. Dan juga merakyat. Obrolan dengan pembantunya yang dimainkan oleh Butet Kartaredjasa, memperlihatkan mereka tidak ada jarak. Sebenarnya ini adalah salah satu tipe pemimpin saat ini, di zaman modern.

Film itu mengambil kejadian tahun 40-49, masa Hindia Belanda, Jepang, dan pendudukan kembali Indonesia oleh Belanda. Ada esensi-esensi kemanusiaan dan kecintaan, termasuk dari para penjajah. Kita adalah satu. Hakekatnya manusia adalah sama. Perbedaan pemunculan sifatnya alamiah, sebagai d'etre, tidak perlu dipertentangkan, dipaksakan, apalagi menjadi perang. Biarkan mereka berbeda, dan cintailah perbedaan ini. Bagaimana detilnya, silakan saja nonton..he he he.

AS


Jumat, 08 Juni 2012

Syair khalil gibran diterjemah BEBAS jadi sajak sunda

 

bu merupakan kata tersejuk yang dilantunkan oleh bibir – bibir manusia.
Dan "Ibuku" merupakan sebutan terindah.


Kata yang semerbak cinta dan impian, manis dan syahdu yang memancar dari kedalaman jiwa.
Ibu adalah segalanya.


Ibu adalah penegas kita dilaka lara, impian kta dalam rengsa, rujukan kita di kala nista.
Ibu adalah mata air cinta,
kemuliaan, kebahagiaan dan toleransi.


Siapa pun yang kehilangan ibunya,
ia akan kehilangan sehelai jiwa suci yang senantiasamerestui dan memberkatinya.
Alam semesta selalu berbincang dalam bahasa ibu.
Matahari sebagai ibu bumi yang menyusuinya melalui panasnya.
Matahari tak akan pernah meninggalkan bumi sampai malam merebahkannya dalam lentera ombak, syahdu tembang beburungan dan sesungaian.

Bumi adalah ibu pepohonan dan bebungaan.
Bumi menumbuhkan, menjaga dan membesarkannya.
Pepohonandan bebungaan adalah ibu yang tulus memelihara bebuahan dan bebijian.
Ibu adalah jiwa keabadian bagi semua wujud.Penuh cinta dan kedamaian.

~ Khalil Gibran~



Pasti aya aslina nu "sajak"na endah.
Tapi ieu mah diindonesiakeun, jadi teu endah deui.
Ayeunaa ku uraang kudu disundakeun; atawa make syair basa sunda.

Jadi di dieu kudu aya kaciri rasa Sundana :

indung ............
kecap "indung" kacida loba hartina pikeun pribadi manusa,
duuuh EMA anjeun salawasna ngadoa pikeun urang hirup mulya
hirup nu endah pinuh ku barokah .............
ibu naon ngaranna mun tara ngadoa pikeun para putra......
duh  ema anjeun teh sinar surya keur kuring
kuring nu tara tinggal tina ngaharep du'a anjeun
mun anjeun teu aya ibu ..........
duuuh hiji harepan na hate milu musna......
harepan ti na do'a nu ihlas ti na sanubari nu suci .........
ibu .......   kuring butuh do'a jeung kaihlasan ibu ........
mudah2an hirup kuring jadi waluya.........
lain bah willy

__._,_.___

[kisunda] Fiksimini - Balébat

Fikmin #Balébat#

Ngalangeu dina dék kapal. Nanggeuy gado nyawang sagara. Nyindekel kana galangan kapal. Angin laut nyéor nyingraykeun buuk ririaban. Nyambuang aroma cai laut nu teu weléh ngabéngbat. Balébat ukur ngolébat. Birat luncat kasuntrungkeun matapoé. Lir bola seuneu nyurungkuy dina beuteung laut. Merejel ngahuru budah laut. Langit ngempur burahay neumbag beungeut sagara. Tingburicak marakbak lambak oyag-oyagan. "Paingan turis daék datang ti jauhna!" Ukur hayang nyaksian meletékna srangéngé. Da geuning sakitu matak kelarna. Sabubuhan camar tingkalayang ngabagéakeun mangsa isuk. Aya nu ngangkleung ti kajauhan. Rada anggang tina jajalaneun kapal. Beuki lila beuki atra. Boa enya! Éta kitu nu keur ditéangan? Jiga enya! Jiga peti leutik nu dipalidkeun ku Aki duapuluh taun ka tukang. Hanjakal jauh di sagara nu hamo kadongkang (Ki Hasan).

Fiksimini - E R A

Fikmin #Era#
Ti tempat kongrés ka més téh teu jauh. Cukup ku mapay trotoar taman kota bari gogonjakan jeung babaturan. Leumpang antaré, sagala diobrolkeun, bari ngolomoh peremén. Aya oge nu ngambéng friedfrench, sésa konsumsi ti tempat kongrés. Méméh meuntas, luak-lieuk heula. Horéng satukangeun abringan aya opatan murid TKA. Barudak téh leumpangna bari mulungan cangkang peremén jeung cangkang kadaharan urut ngambéng. Mireungeuh kuring saparakanca rék meuntas, barudak ngarandeg. "Sampahnya, udah, Bu?" cenah. Tuluy lalumpatan muru wadah runtah (Teti Taryani).

__._,_.___

Antara Sumur Bandung Jeung Nyi Kentring Manik

 

Antara Sumur Bandung Jeung Nyi Kentring Manik

 

DI kompleks Gedong PLN Cabang Jawa Barat, Jl.Cikapundung Barat, Bandung, aya cai nyusu anu dikubeng di jero rohangan. Éta téh situs Sumur Bandung  anu teu meunang leungit sabab nya ti dinya mimitina ngadegna Bandung kiwari teh.

Saban waktu sok dipaké ritual ku pihak luar, utamana ku masarakat tradisional anu kacida hormatna ka karuhun. Tapi teu dileuleungit, ka éta tempat ogé sok aya anu datang alatan percaya yén di éta sumur ngageugeuh Nyi Kentring Manik.

Saha Nyi Kentring Manik, ceuk sakaol mah kieu penjelasanana.

Nyi Kentring Manik téh hirup dina abad 17 jaman Karajaan Arcamanik, sawaktu eta karajaan dirajaan Ku Prabu Suryadiraksa Panangkaran. Nyi Kentring Manik téh istrina Ki Giring Panangkaran, papatih Pajajaran, ogé ramana Prabu Suryadiraksa Panangkaran. Wewengkon Bandung jaman harita (sabenerna Bandung can aya), kaéréh ka Karajaan Arcamanik. Nyi Kentring Mani katut aleutan para putri karaton, remen mandi suci di Sumur Bandung.

Ari cai nyusu anu kiwari disebut Sumur Bandung, sabenerna geus aya ti baheula-mula. Dina jaman Pajajaran gé geus biasa dipaké upacara mandi suci ku para raja Pajajaran. Ti mimiti Sri Baduga Maharaja, raja Pajajaran kahiji, tepikeun ka Prabu Séda raja Pajajaran pamungkas, geus kungsi mandi suci di Sumur Bandung, utamana lamun keur loba masalah.

Nyi Kentring Manik gé geus biasa ngahaja mandi ka Sumur Bandung. Ngan harita mah can disebut Sumur Bandung. Mun mah aya ngaranna, disebutna Muara Buleud, duméh kabireungeuh rada buleud. Ogé disebut pucukna liang Kasunda. Ka dieunakeun katelah pucukna liang  Bandung, sabab mun euweuh cai nyusu nu ieu, Bandung moal aya. Kitu sababna baheula Nyi Kentring Manik kungsi nyarita yén sakumna jalma kudu ngarumat Sumur Bandung, bisi cai sumur saat Bandung gé sirna.

Baheula, Karajaan Arcamanik boga karaton deui, disebut Karaton Kasunda. Lebah-lebahna, kiwari, kira-kira nyaéta anu ayeuna dilindih ku adegan Gedong Saté. Anu boga tanggung-jawab nyekel éta karaton ngaranna Séndrawaya Sungsang, turunan Walang Sungsang. Ari Walang Sungsang téh putrana Sri Baduga Maharaja. Séndrawaya Sungsang di Karaton Kasunda téh dibaturan ku Radiyaksa Surawisésa, turunan ti Surawisésa Jayaperkosa.

"Éta téh panangtungan Kasunda, caina medal tara raat. Bungbungna kasucian nu diwangsulkeun ku Hyang Agung. Kudu dijagi, kudu dipiara. Mun henteu, Sunda moal aya!" kitu ceuk Radiyaksa Surawisésa jeung Nyi Kantring Manik méré pangwadi. *** Dimuat dina Majalah Sasakala Sunda Ujung Galuh No.10

 

http://ahmadsahidin.blog.com

[kisunda] Kumaha dia bae lah!!

 

*Carita ceuk beja

Agus keur kukurlingan unggal tempat pangjarahan didatangan. Ceunah ceuk beja Agus hayang geura beunghar, teuing meunang papatah ti saha, mun hayang beunghar kudu jiarah ka tempat-tempat karamat. Hiji mangsa di Pos Ronda keur hareureuy ngobrol jeung batur salembur, kabenaran aya Agus, terus kula nanya ka Agus "Gus, kwari kumaneh beda euy", ditembal ku Agus "Beda naonna, rarasaan biasa bae", terus kula nanya deui "Kwari kumaneh jarang aya di imah, ceuk beja kumaneh sok sering jiarah", ditembalan ku Agus "Heueuh kituna mah, kula jarang aya di imah, kwari  keur barangsiar neangan kaborokahan pikeun hirup", terus kula nyambung jawaban Agus "Ari kitu ayeuna keur usaha naon, bisnis?", ceuk Agus "Akh teu sing, kula mah keur udar-ider ka tempat pangjiarahan", ceuk kula "Pangjiarahan? Nyiar naon ka tempat pangjiarahan?" terus ditembal ku Agus "Akh, mangkana kumaneh kudu deukeut jeung ajeungan, apan ceuk ajeungan mun urang hayang hirup berokah, jembar panghirupan kudu rajin jiarah tempat-tempat makam wali, apan beda ngado'a di tempat anu aya karomahan mah sok gancang diqobul", kitu ceuk Agus. Ari ceuk kula "Gus, ari kumaneh apan masih keneh boga indung anu masih keneh hirup, kunaon eta indung kumaneh jarang dijiarahan", ditembal ku Agus "Apan masih keneh hirup, rek naon dijiarahan, mantamah indung kula geus paeh, meureun perlu kula ngajiarahan". Ceuk kula "Akh kumanehmah salah kaprah, justru Indung anu masih keneh hirup kudu sering dijiarahan, sabab ucapan Indung matih, komo mun kumaneh menta do'na ka Indung eta sakecap metu matih, diqobul langsung ku Allah jeung kumaneh bisa nyaksian do'a indung. Coba mun indung kumaneh geus asup liang kubur, naha indung kumaneh bisa dipenta, boroning dipenta malah anu araya dijero liang kubur butuh bantuan ti jelema anu masih keneh harirup. Coba kumaneh teungetkeun salah sahibi Hadits Nabi anu hartina kurang leuwih : Mun saurang anak Adam ninggalkeun dunya, mangka putus sakabeh amalna, kacuali tilu perkara nyaeta sadekah jariyah, elmu anu manfaat, jeung anak-anak sholeh anu ngado'akeun kadua kolotna. Tah eta jelema anu dijero kubur ninggalkeun tilu sabab" ceuk kula ngajentrekeun. Ditembal ku Agus "Naon hubunganna hadits eta jeung kula sok datang ka tempat karomah?". Ceuk kula "Heueuh, apan anu jadi karomah mah lain kuburan wali/ulama, tapi anu ditinggalkeun ku wali/ulama nyaeta elmu  anu manfaat. Kwari maneh bisa maca qur'an, bisa nyaho hukum shalat, puasa, zakat jeung haji apan anu mere nyaho eta ulama. Jadi anu disebut karomah teh nyaeta elmu anu ditinggalkeun ku ulama, kwari urang anu masih keneh hirup tuturkeun jeung lakonan naon anu geus disampekeun ku ulama, lain cingogo hareupuen kuburan eta ulama, najan ceurik balilihan menta tulung ka eta ulama anu geus aya dijero kubur, naha kumaneh yakin bisa didenge ku anu aya di jero kubur. Ceuk kula mun hayang ceurik balilihan mending menta syafaat ka indung anu masih keneh hirup, da puguh masih keneh hirup, kumaneh bisa ngumaha. Jeleme anu dikubur butuh ka jelema anu masih keneh hirup, lain tibalik jelema geus dijero kubur dimenta tulung. Muna kumaneh hayang barokah hirup atuh digawe anu suhun-suhun sing getol, disiplin, jeung Lillahita'ala, pasti kabarokahan hirup bakal nuturkeun. Lain ieu neangan kabarokahan hirup, tapi gawe hanteu atuh rek dimana datangna kabarokahan hirup, ti Hong Kong?". Eta Agus ngadenge omongan ti kula sugan teh didengekeun, malah kerek nyegrok "Gus...Gus...sare kumaneh" bari ngageuingkeun manehna, terus manehna hudang bari ngomong "Kumaha dia bae lah!!!"

 

 

_

OOT Bhs. Sunda&undak-unduk basa

Manstaaaap Mang Ken... Itulah yang Mamang juga lieuuuuur sebenernya kalau bicara Sunda mah ya ngak ada undak usuk bahasa karena sunda tidak pernah membeda-2kan mana priyayi mana rakyat biasa semuanya sama.

Undak usuk bahasa memang mendapat pengaruh Jawa karena pan semenjak Pajajaran tumpur kemudian mahkota diserahkan ke Sumedang Larang dan setelah itu melalui "take over" Sumedang Larang dari levelnya Kerajaan mendadak dangdut turun tahta menjadi Adipati jadi bawahannya sultan agung :(((. Waaah kalo memperhatikan sejarahnya manstaaap nih tapi nanti lah kapan-2 kalo sempat diceritakan.

Salah satu kelemahan Urang Sunda adalah Pasip/ Sifat Peminim dari jaman Tarumanagara sampe Pakuan Pajajaran wilayahnya kurang lebih segitu-2 aja tidak expansive seperti saudaranya di timur (Majapahit) dan saudaranya dibarat (Sriwijaya). Begitu juga ketika jaman rempah-2 berjaya Sunda juga terjepit dua kepentingan yaitu Kongsi Dagang Timur Tengah yg diwakili Demak n' pren dan Kongsi Dagang Barat Portugis dkk. Ketika pusat Dagang urang Sunda diperebutkan oleh dua kubu tersebut maka mulailah luluh lantah sudah hehehe. Dimulai dari Pelabuhan Banten n' Cirebon direbut kemudian terakhir Sunda Kalapa sampai-2 Surawisesa anaknya Siliwangi bikin prasasti Batutulis setelah 12 tahun meninggal ayahnya bahwa dia tidak bisa mempertahankan keutuhan Pajajaran.

Dalam Carita Parahyangan Surawisesa dipuji sebagai satu-2nya anaknya Siliwangi yang berani angkat senjata berperang mempertahankan Sunda Kalapa walaupun kalah dan habis-2an. Semua Mandala/ Kabuyutan/ karesian, pusat kebudayaan dan pengetahuan dihancurkan oleh musuh. Setelah Surawisesa Raja-2nya dalam Carita Parahyangan "dimaki-maki" karena tidak berani ngangkat senjata. Jadilah kemudian "bangsa" yg terjajah :((.

Carita Parahyangan nih menarik sekali kebanyakan legenda/ cerita itu menceritakan kebaikan-2 untuk memuji rajanya biasanya begitu tapi Carita Parahyangan cukup objective, dia tidak menyalahkan para penjajah yang datang justru dia menyalahkan raja-raja sunda pasca Surawisesa yang tidak siap sedia menghalau serangan musuh sampai akhirnya keraton Sri Bima Punta Narayana Suradipati lokasinya kurang lebih skitaran kota bogor sekarang mungkin deket-2 istana Bogor direbut n' dihancurkan orang :((.

Pembelajaran yg bisa kita pelajari kita tidak perlu menyalahkan Amrik, Singapur, dlsb yang berupaya "menjajah" kita secara ekonomi karena ya kalo dari sisi mereka pan pengen cari duit sebanyak-2nya. Salahkan lah diri kita sendiri kenapa mauuuuu disuap oleh perempuan, oleh uang, dlsb. Kalau Indonesia Corruption Perception Index-nya tinggi maka pasti Indonesia Jaya bisa mengalahkan Singapore dan New Zealand. Sekarang karena kita korup ya wayahna beginilah nasibnya bangsa ini :((.

Kata Pak Egum mah pan ada istilah segitiga kehidupan Pangan, Energi, Moral... Nah sekarang nasibnya Indonesia ampyuuun dah... Dari sisi Pangan monoyod beraaaas impooor, Energi sakituning Geothermal berlimpah sama nasibnya listrik Byarpreeeet malah import BBM mungkin karena "Ceu Kokom alias komisyoongnya gede", dari Sisi MORAL institusi pendidikan sekarang bagaimana? Kalo dulu mah Mandala/ Kabuyutan itu Sakral melahirkan raja-2 n' pemimpin yg dapat diteladani masyarakat luas, sekarang menghasilkan anak-2 yang suka tawuran, nyontek berjamaah lagi, masuk sekolah saja bayar mahaaaal. Inalillahi waina ilahi roziuuun kedepan bagimana kumaha?

Nuhuuuuuns,
Mang Kabayan
www.dkabayan.com

.

__,_._,___

Konsistensi Kompas dalam melawan korupsi.

Kalo Mamang sebaliknya euy... Ditengah Indonesia yg sedang krisis moral terutama korupsi rasanya tulisan Mang Lisman cukup menarik n' cerdas. Hati-hati ketika kita menunjuk orang lain bodoh, hanya satu jari yg mengarah ke orang tersebut sisanya empat jari mengarah ke kita sendiri.

Masalah penurunan kesakralan institusi pendidikan hampir di semua institusi sepertinyah. Money can buy almost everything di Indonesia mah :((. Corruption teh sudah "biasa" / common sepertinya. Kalo dulu kata berjamaah itu hanya untuk Sholat sekarang di Media ada istilah Korupsi Berjamaah!! Naudzubillah himindzalik!!

Sebagai contoh di Indonesia Lady Gaga haram masuk tapi banyak pejabat yg tersangkut masalah "susila" tidak ada sangsi apa2. Di Singapura Lady Gaga boleh manggung tapi Menhankam ditangkap n' disidangkan gara-2 disogok oleh mitranya dengan Sex utk mendapatkan kontrak-2 kerja!!

Di Indonesia mungkin disogok Uang + Sex? Kalo Esex-2nya beli sendiri pake uang sendiri melalui yayasan "amal gairah" itu urusannya hanya dia dengan Yang Maha Kuasa namun ketika dia mendapatkan esex-2 secara free dan berbuntut conflict of interest itulah masalahnya!!!

Itulah yang bingung dengan negeri ini punishment sosial rasanya hampir tidak ada di masyarakat. Koruptor bebas dihukum dengan cepat dan setelah itu malah jadi "tokoh masyakarat" dgn uang hasil korupsinya dia bisa menciptakan pencitraan. Membangun rumah ibadah utk menunjukan "kesuciannya". Masyakarat pun lupa karena masih mikirin masalah perut.

Kadang dilema, seorang sahabat kita misalnya tersangkut kasus korupsi dan katakanlah terbukti dia korupsi!!! Apa yang akan kita lakukan?

Apapun yang kita lakukan mangga itu mah hak masing-2 individu :). Tapi paktanya Indonesia saat ini skor Corruption Perception Index-nya masih Jeblok hanya 3. Sedangkan Singapura 9 dan New Zealand juga 9.

Sepertinya kita kudu membangun lagi ethos budaya bangsa kita yg dulu pernah berkibar kalo di Bogor mah kudu Nyunda ~ Putih/ Suci bersih. Nyantri, Nyunda, Nyakola. Nyunda ~ Cageur (sehat jasmani n' rohani), Bageur (baik budi pekertinya), Bener (selalu memegang teguh integritas n' kejujuran/ tidak pernah korupsi), Singer (selalu mawas diri, mau dikritik n' terbuka pemikiran), dan last but not least Pinter (berpendidikan, positif pemikirannya dan terbuka, visioner, maju kedepan).

Dalam carita parahyangan seorang raja Sunda Pakuan Pajajaran cicitnya Siliwangi bernama Ratu Sakti diturunkan tahtanya karena berperilaku tidak baik, dia melupakan kerajaannya dan hidup berpoya-2 saja bahkan melanggar tetekon yaitu menikahi istri larangan. Jadi memaksa menikahi orang yang sudah bertunangan. Demokrasi belum dikenal waktu itu tapi karena ethos budaya lah yang membuat Sunda Kingdoms bertahan lebih dari 1000 tahun menurut Kang Herwig Zahorka.

VOC perusahaan terbuka pertama di dunia dan sangat kaya waktu itu di Eropah hasil dari kopi n' rempah-2 di Indonesia hancur karena korupsi.

Pun sapun kaluluhuran... Mipit kudu amit, ngala kudu menta, ngagedag kudu bewara, nu lain kudu dilainkeun, nu enya kudu dienyakeun.

Nuhuuuuuns,
Mang Kabayan
www.dkabayan.com


,___

Selasa, 05 Juni 2012

WWW.MANUALEDEREPARATIE.INFO

 

Dongeng Si Adul Liburan

Dongeng Libur

Si Adul rek ka Jakarta,  ku indungna dianteur megat beus....
Kenek : Jakarta bu ??
Icih : kang... punten ngke mun nepi cianjur, bejaan ieu budaknya !! (bari naekeun si adul kana beus)
Kenek : di cianjur..?? .. iya...iya.... tariiiiiik !!!
# Beus maju.... ditengah jalan adul nanya ka kenek #
Adul : tos nepi cianjur can ??
Kenek : can !! lila keneh...
# teu lila si adul nanyakeun deui...#
Adul : tos nepi cianjur can ??
Kenek : caaaan !!.... lila keneh...!!
# kitu jeung kitu we si adul nanya ka kenek nepi ka sarena, beus terus mamprung nuju ka jakarta,,, teu kanyahoan beus teh nepi ka puncak, si kenek reuwas, cianjur geus kaliwat #

Kenek : (ngomong ka supir) aduh kang... asa dosa saya ka budak eta !! (nunjuk ka si adul anu keur sare)
Supir : kumaha kitu ?
Kenek : tadi ka amanatan ku indungna, mun geus nepi cianjur bejaan !!
Supir : wah kumaha ari maneh ?? pan cianjur mah geus kaliwat !! (bingung)
# tungtungna beus teh balik deui ka cianjur, sanggeus aya panyatujuan panumpang lantaran karunyaeun... nu ahirna beus teh nepi oge ka cianjur.... si kenek ngahudangkeun si adul #
Kenek : jang.... jang.... hudang !! cianjur geus nepi yeuh.... (bari ngaguyah2 si adul)
Adul : (ngorejat, tuluy nyusut adayna).... nepi mang cianjur ??? (bari gura giru muka kantong, ngaluarkeun timbel jeung deungeun sangu dina keresek )
Kenek : turun didieu ???
Adul : moal mang... pan uing mah rek ka jakarta, ngeun diamanatan ku indung uing, mun murak timbel paleubah cianjur.... !!! (bari ngahuapkeun sangu anu dicocolkeun kana sambel)
Kenek + supir + para panumpang : jeuuuuuuuuh !!!! (bari nepak kana tarang)