Tinjauan Kritis Sejarah Kota Tasik
SENIN, 17 MEI 2010 01:30
Oleh: Miftahul Falah M Hum
Penulis, bekerja di Program Studi Ilmu
Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran
SAAT ini, kata "Tasikmalaya" dipergunakan untuk dua nama hirarki pemerintahan daerah. Pertama, Kabupaten Tasikmalaya yaitu daerah otonom yang dipimpin oleh seorang bupati dengan luas wilayah sekitar 2.508,91 km2. Sebelum bernama Tasikmalaya, kabupaten ini bernama Sukapura yang didirikan oleh Sultan Agung dari Mataram pada 9 Muharam Tahun Alif, bersama-sama dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Parakanmuncang (van der Chjis, 1880: 80-81). Ada yang menafsirkan bahwa penanggalan itu sama dengan tanggal 16 Juli 1633 (Galamedia, 20 Februari 2007) dan ada juga yang mengatakan identik dengan 20 April 1641 (de Haan,1912: 59). Kedua, Kota Tasikmalaya yakni daerah otonom yang dipimpin oleh seorang wali kota dengan luasnya sekitar 177,79 km2 yang dikukuhkan pada 17 Oktober 2001. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2001, wilayah Kota Tasikmalaya meliputi tiga kecamatan bekas Kota Administratif Tasikmalaya, yaitu: Cihideung, Tawang, dan Cipedes; serta lima kecamatan yang diambil dari Kabupaten Tasikmalaya, yaitu: Indihiang, Mangkubumi, Kawalu, dan Cibeureum (Indonesia, 2001; Marlina, 2007: 98). Berdasarkan sensus tahun 2000, Kota Tasikmalaya berpenduduk sekitar 528.216 jiwa sehingga kepadatannya mencapai 2.971 jiwa/km. Kepadatan penduduk di pusat Kota Tasikmalaya (Cihideung, Tawang, dan Cipedes) mencapai lebih dari 7.800 jiwa/km (Santoso [ed.], 2004: 333).
Pemerintahan Kota Tasikmalaya memang masih begitu muda. Akan tetapi, keberadaan Kota Tasikmalaya sudah dikenal jauh sebelum pemerintahan kota tersebut dibentuk. Seiring dengan itu, lahirlah beberapa masalah kesejarahan, antara lain betulkah Tasikmalaya baru dipergunakan sebagai nama wilayah atau pemerintahan setelah Gunung Galunggung meletus tahun 1822? Apakah Kota Tasikmalaya dulunya bernama Distrik Tawang? Apakah sejarah Kota Tasikmalaya identik dengan sejarah Kabupaten Sukapura?
Tasikmalaya: Tinjauan Etimologis
Pada 8 dan 12 Oktober 1822, Gunung Gulunggung meletus. Letusan tersebut mengakibatkan 114 desa lenyap dan memakan korban manusia 4.011 jiwa, 958 hewan ternak mati, dan menghancurkan 775.795 tanaman kopi (Aardrijkskundig en Statistisch Woordenboek van Nederlandsch Indie, Bewerkt Naar de Jongste en Beste Berigten. 1861: 330; Furuya, 1978: 591-592). Akibat letusan tersebut, daerah sebelah Tenggara Gunung Galunggung tertutu oleh pasir sehingga seakan-akan wilayah tersebut menjadi lautan pasir. Dari fenomena inilah kemudian lahir nama Tasikmalaya. Selain itu, di wilayah tersebut juga bermunculan bukit-bukit meskipun sebagian sudah tersebut sebelum letusan Gunung Galunggung 1822. Keberadaan bukit yang jumlahnya sekitar 3.648 buah tersebut memperkuat ciri khas geogafis daerah di sebelah Tenggara Gunung Galunggung sehingga wilayah tersebut dinamai Tasikmalaya (Furuya, 1978: 591-592; Permadi, 1975: 3; Zen, 1968: 62).
Beberapa ahli mengatakan bahwa nama Tasikmalaya dipergunakan terkait dengan letusan Gunung Galunggung 1822. Bahkan ada juga yang menegaskan bahwa nama tersebut baru dipakai pada 1832 (Ekadjati et al., 1975: 5; Marlina, 2007: 36). Sampai tahun 1816, tidak ada wilayah atau pemerintahan yang bernama Tasikmalaya (de la Faille, 1895: 53). Ketika Raflles (1811-1816) memperkenalkan sistem distrik dalam pemerintahannya, tidak ditemukan nama Distrik Tasikmalaya. Berkaitan dengan itu, terdapat Distrik Cicariang yang terletak antara Distrik Singaparna dan Distrik Indihiang. Tahun 1820, dalam administrasi pemerintahan Hindia Belanda terdapat sebuah distrik bernama Tasjikmalaija op Tjitjariang dengan wilayah 37 pal (Statistiek van Java. 1820). Pada akhir tahun 1830-an, nama distrik tersebut berubah menjadi Distrikt Tasjikmalaija yang mencakup sekitar 79 desa (Algemeen Instructie van Alle Inlandsche Hoofden en Beambten…1839). Berdasarkan sumber primer tersebut, jelas bahwa nama Tasikmalaya mulai dipergunakan sebelum letusan Gunung Galunggung 1822, ya setidak-tidaknya antara tahun 1816-1820.
Distrik Cicariang menjadi Distrik Tasikmalaya
Sebelum bernama Tasikmalaya, wilayah ini dulunya bernama Distrik Tawang yang memiliki makna sebagai tempat panyawangan anu plungplong ka ditu ka dieu (Ekadjati et al., 1975: 3; Musch, 1918: 202; Permadi, 1975: 3). Ketika pusat pemerintahan Kabupaten Sukapura berkedudukan di Manonjaya (1839-1901), Distrik Tawang merupakan salah satu distrik di wilayah Kabupaten Sumedang (Marlina, 1972: 6; Sastrahadiprawira, 1953: 182). Jadi, berdasarkan uraian tersebut Kota Tasikmalaya sekarang merupakan perubahan nama dari Distrik Tawang.
Jelas pendapat tersebut tidak bisa diterima karena dari sumber primer (arsip kolonial) Distrik Tawang tidak pernah dikenal sebagai bagian dari Kabupaten Sukapura. Di Kabupaten Sumedang pun tidak ada nama Distrik Tawang, tetapi ada distrik yang bernama Cicariang (Hardjasaputra, 1989). Distrik Cicariang inilah yang menjadi cikal-bakal wilayah Kota Tasikmalaya sekarang sebagaimana tertera dalam Statistiek van Java 1820.
Kota Tasik Tidak Identik dengan Kabupaten Sukapura
Dalam tulisannya yang berjudul Sukapura (Tasikmalaya), Ietje Marlina (2000: 91-110) memandang Kota Tasikmalaya sebagai bagian dari pertumbuhan Kabupaten Sukapura. Pendapat ini kemudian menjadi opini umum seperti yang terlihat dari beberapa tulisan mengenai Kota Tasikmalaya (Adeng, 2005; Roswandi, 2006). Hasil penelitian yang dilakukan penulis, menunjukkan bahwa sebelum menjadi ibu kota Kabupaten Sukapura tahun 1901, sejarah Kota Tasikmalaya memiliki keterkaitan yang erat dengan Sejarah Kabupaten Sumedang. Oleh karena itu, anggapan umum yang menjadikan pembentukan Kabupaten Sukapura oleh Sultan Mataram sebagai titik tolah Sejarah Kota Tasikmalaya bersifat ahistoris atau tidak sesuai dengan fakta sejarah. Pada periode ini, Kota Tasikmalaya merupakan pusat pemerintahan Afdeeling Galoeengoeng op Zuid Soemedang yang terdiri dari Distrik Tasikmalaya, Singaparna, Indihiang, Ciawi, dan Malangbong (Statistiek der Preanger Regents-chappen. 1863; Veth, 18693: 906)
Keterkaitan antara Sejarah Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Sukapura terjadi sejak tahun 1901 ketika Pemerintah Hindia Belanda memerintahkan Bupati Sukapura, Raden Tumenggung Prawira Hadiningrat untuk memindahkan ibu kota Kabupaten Sukapura dari Manonjaya ke Kota Tasikmalaya. Keeratan hubungan tersebut ditandai pula dengan perubahan nama kabupaten dari Sukapura menjadi Tasikmalaya tahun 1913 (Staatsblad van Nederlandsch-Indiƫ voor het Jaar 1913. No. 356). Selain menjadi pusat pemerintahan kabupaten, Kota Tasikmalaya pun menjadi pusat pemerintahan afdeeling dan distrik Tasikmalaya. Pada 1921, Distrik Tasikmalaya terdiri dari tiga onderdistrik, yaitu Tasikmalaya, Kawalu, dan Indihiang dengan jumlah desa sekitar 46 buah dan luas sekitar 178 km2 (ENI, 19214: 285; Regeeringsalmanak voor NI, 19191: 394). Dirgahayu Kota Tasikmalaya.
__._,_.___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar