Selasa, 06 Juli 2010

Anggur Emas 51

 

 

Buku 1

ANGGUR  EMAS

Karya: Usdek Emka J.S.

[51]

        "Eit…eit, ternyata kalian juga mengerti ilmu pedang," kedua prajurit Mataram itu mundur sambil terus berjumpalitan menghindari ujung pedang Putri yang terus mengejarnya.

        "Tunggu saja. Sebentar lagi akan kukoyak kulit kalian," sahut Putri bangga.

        "Dasar bocah ingusan. Baru bisa bermain pedang sudah mengira bisa meruntuhkan gunung," ejek prajurit yang berkumis tebal.

        "Jangan banyak omong," sahut Putri lalu mengirim serangan dengan jurus yang lebih berbahaya. Kedua prajurit itu saling pandang mendapat serangan begitu rupa oleh gadis yang masih sangat belia. Ketika mereka berusaha menahan serangan Putri, Raden Pekik gantian mengirim serangan yang mematikan. Kedua perut prajurit itu hampir saja terkoyak oleh pedang Raden Pekik.

        "Busyet. Ternyata anak ini lebih ganas," teriak prajurit yang tak berkumis. Di dalam hati ia mulai kawatir. Jangan-jangan mereka berdua tak bisa mengalahkan kedua bocah ini. Putri yang sedari awal memandang remeh Raden Pekik terkejut melihat serangan itu. Ia terus terang tak menyangka kalau pemuda itu juga memiliki jurus pedang yang mematikan.

        "Tampaknya kedua bocah ini tak bisa dipandang ringan," bisik prajurit yang berkumis tebal kepada rekannya. Yang diajak bicara mengangguk. Kini keduanya tak berani bermain-main lagi.

        Ketika kedua prajurit itu mengubah cara bertempurnya, Putri dan Raden Pekik segera menyesuaikan.  "Bocah gila. Rupanya kamu juga bisa berkelahi," tegur Putri.

        "Kamu yang mengajariku. Terus terang aku belum pernah menggunakan pedang. Tapi melihat gerakanmu, aku bisa menirunya dalam tempo yang singkat."

        "Tapi langkah-langkah kakimu tidak seperti jurus yang kulancarkan."

        "Jurus itu hanya kembangan. Yang penting kan gerakan dasarnya."

        "Busyet. Kamu bicara seperti pendekar besar saja. Emangnya kamu ini murid siapa?"

        "Murid Orang Pintar," jawab Raden Pekik.

        "Cih, sombong amat," sahut Putri kesal.

        "Kalau bukan orang pintar mana bisa jadi guru," Raden Pekik tak mau kalah.

        "Sudah…sudah. Kamu ini pintar sekali kalau bicara. Ditanya nama enggak ngaku. Ditanya gurunya siapa juga enggak ngaku."

        "Enggak ngaku bagaimana. Aku kan sudah menjawab siapa guruku dan siapa namaku. Guruku adalah Orang Pintar dan namaku adalah Penakluk Sepasang Prajurit Jelek." [51]

 

 

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar