Selasa, 06 Juli 2010

Anggur Emas 50

 

 

Buku 1

ANGGUR  EMAS

Karya: Usdek Emka J.S.

[50]

"Kamu tak punya senjata?" tegur Putri.

"Ini senjataku," jawab Raden Pekik mengacungkan kedua tangannya.

"Bocah tolol. Nih pakai pedangku," Putri melemparkan salah satu pedangnya.  "Musuh bertempur pakai pedang dilawan dengan tangan kosong," gerutunya.

"Aku tidak memerlukannya," Raden Pekik melempar kembali pedangnya ke Putri.

"Apa?" Putri terbelakak. "Aku akan kerepotan melindungimu kalau kau tak mau pakai senjata, tahu!"

"O, begitu to," balas Raden Pekik. "Baiklah. Mana pedangnya?"

Putri kembali melemparkan pedangnya ke Raden Pekik pada saat kedua prajurit Mataram itu mulai melancarkan serangan. Serangan kedua prajurit itu dilakukan dalam formasi yang baku. Formasi pertempuran pasukan perang. Sementara itu Putri dan Raden Pekik bergerak secara bebas. Namun demikian Putri tetap berusaha menempatkan diri sebagai pelindung Raden Pekik. Bagaimana pun juga, ia masih ingin tahu rahasia goresan-goresan di anggur yang ia curi. Jadi ia harus menjaga pemilik anggur itu agar tidak terluka atau terbunuh. Raden Pekik yang dapat meraba maksud Putri hanya tersenyum-senyum di dalam hati.

Kedua prajurit Mataram itu nampak tidak serius menyerang Putri dan Raden Pekik. Pedangnya memang terus mengejar kedua remaja itu, tetapi mereka segera menghentikan serangan begitu ujung pedangnya mendekati sasaran. Mereka ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa kedua bocah itu bukanlah tandingannya.

        Tentu saja Putri sangat mendongkol diperlakukan seperti itu, karena sebenarnya ilmu pedang kedua prajurit itu hanyalah ilmu pedang tingkat rendahan. Ia lebih mendongkol kepada Raden Pekik yang tak berusaha menahan serangan kedua prajurit itu. Ini membuat tugasnya menjadi lebih berat. Ia harus melindungi bocah tengik itu dan sekaligus melindungi dirinya dari ujung pedang lawan.

        "Heh bocah tengik. Meski aku sudah bilang akan melindungimu, tetapi kamu juga harus ikut ambil bagian dong. Kalau begini, tak ada bedanya aku bertempur sendirian atau berpasangan," bisik Putri ke telinga Raden Pekik.

        "Lha wong musuhnya saja tidak jadi menyerang kok, mengapa kita repot-repot?" jawab Raden Pekik pura-pura bego.

        "Mereka itu menghina kita, tahu! Mereka tidak berhenti menyerang. Tapi sedang mempermainkan kita."

        "Maksudmu?"

        "Ach sudah-sudah. Susah menjelaskan sesuatu ke orang yang telat mikirnya," sahut Putri kesal.

        "Lha maumu saya ini disuruh apa?"

        "Dasar bodoh.    Mosok yang begitu masih juga ditanyakan," keluh Putri yang langsung mengirim serangan maut kepada kedua prajurit Mataram. Serangan itu tentu saja membuat keduanya terkejut. Mereka tak menyangka akan mendapat serangan begitu ganasnya. [50]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar