Jumat, 05 Februari 2010

Oedipus dalam Babad Tanah Jawi, bukan dalam Sangkuriang

Cerita Sangkuriang sangat berbeda dengan cerita Oedipus. Dalam cerita Sangkuriang tidak terjadi hubungan inses antara ibu dan anak. Dayang Sumbi berhasil menghindari hal tabu ini. Sedagkan dalam cerita Oedipus terjadi hubungan inses antara ibu dan anak. Selain itu, dalam cerita Sangkuriang tidak dikisahkan bagaimana akhir hayat tokoh utamanya (Sangkuriang dan Dayang Sumbi) sedangkan dalam Oedipus diceritakan kematia tragis toko-tokoh utamanya yaitu si wanita bunuh diri sedangka Oedipus sendiri mati oleh anaknya sendiri. Jadi terlalu naif bila ada yang mengatakan bahwa Sangkuriang merupakan jiplakan dari cerita Barat. Sangkuriang adalah rekaman kejadian terbentuknya danau Bandung puluhan ribu tahun yang lalu, jauh lebih tua dari cerita atau kejadian Oedipus.

Kalau mau membandingkan dengan Oedipus, ada cerita dalam Babad Tanah Jawi yang menceritakan hubungan inses antara ibu dan anak, yaitu cerita Prabu Watugunung raja Gilingwesi.

Ceritanya adalah sebagai berikut:

Prabu Watugunung seorang raja di Gilingwesi. Menurut riwayatnya, ia seorang putera, raja Prabu Palindriya, tetapi waktu ia masih dalam kandungan, ibunya, yang bernama Dewi Sinta, meninggalkan istana karena dimadu dengan saudaranya sendiri. Dalam perjalanan di tengah rimba, Dewi Sinta bersalin seorang anak laki-laki dan diberi nama Raden Wudug. Suatu kali waktu Raden Wudug masih kanak-kanak ia dimarahi oleh ibunya dan kepalanya dipukulnya dengan centong hingga luka. Karena itu Raden Wudug meninggalkan ibunya dan berganti nama Radite.

Kemudian Raden Radite berhasil menyadi raja di Gilingwesi, karena kesaktiannya, dan bergelar Prabu Watugunung dan berpermaisuri dengan seorang puteri yang sangat dicintainya, tetapi permaisuri itu sebenarnya ialah ibunya sendiri, dan tiada diketahui keduanya.

Rahasia itu akhirnya diketahui oleh permaisuri sebab melihat cacat Prabu Watugunung di kepalanya waktu sedang berkutu-kutuan, dan Prabu Watugunung menerangkan apa penyebabnya.

Untuk menghindarkan kekejian itu Dewi Sinta meminta supaya Prabu Watugunung seorang bidadari untuk djadikan madunya. Prabu Watugunung meluluskan permintaan itu dan ia menuju ke Suralaya (kerajaan Dewa-Dewa) guna mencari bidadari untuk jadi permaisurinya itu. Maka terjadilah perang dan Prabu Watugunung binasa dalam peperangan itu. Memang inilah yang diharap oleh Dewi Sinta.

Jadi, hentikan berprasangka buruk atas hasil karya budaya Sunda!

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar