Rabu, 23 Juni 2010

Anggur Emas 47

 

Buku 1

ANGGUR  EMAS

Karya: Usdek Emka J.S.

[47]

 "Mereka sudah siap ki Tumenggung. Berisap-siaplah untuk kuhadapkan kepada Sinuwun di Mataram," terdengar tantangan perwira Mataram dari pinggir gelanggang.

Pada saat itu, matahari pagi sudah menerobos diantara celah-celah dedaunan. Api yang berkobar di gua-gua sudah berhasil dipadamkan oleh anak buah Suro Brewok. Kini semua orang berkumpul, melihat apa yang bakal terjadi.

Sejenak Suro Brewok mengamati dua prajurit yang dipilih lawannya. Mereka mengenakan seragam prajurit Mataram lengkap dengan pedang dan perisai tempurnya. Setelah mengamati dengan seksama, Suro Brewok memberi isyarat kepada putrinya untuk mendekat. "Kau sanggup melawan mereka?" tanyanya kepada Putri.

        "Aku yah? Sendirian?"

        "Tidak. Kau harus berpasangan dengan kakakmu."

        "Tapi ia tidak ada di sini yah. Ayah lupa?"

        "Kukira dia sudah kembali. Apa benar ia ke Tegal Arum?"

        "Tidak ada yang tahu."

        "Slompreeet," umpat Suro Brewok sambil melihat ke sekeliling. Setelah berpikir sejenak ia manggut-manggut seolah mendapat akal. "Bagus. Libatkan bocah tengik itu."

        "Yah!" teriak Putri terkejut. Ia tak percaya ayahnya mengatakan kalimat itu.

        "Kenapa?"

        "Dia anak yang lemah."

        "Kata siapa?"

        "Aku merobohkannya dua kali."

        "Yach benar. Tapi jangan lupa, kau menipunya."

        "Kalau ia punya kepandaian, tidak akan tertipu dua kali ayah," sanggah Putri.

        "Percayalah kepada ayahmu. Dia tak selemah yang kau duga.'

        "Dari mana ayah tahu?"

        "Kau lupa, bocah tengik itu berhasil merangketku."

        "Iya. Tapi kan waktu itu ayah lagi mabuk."

        "Benar, ayah memang mabuk. Tapi kalau bocah tengik itu tak punya kepandaian, mana bisa dia merangketku," balas ayahnya.

        "Tapi yah…"

        "Apa lagi?"

        "Dia orang luar. Tak ada sangkut pautnya dengan keluarga besar kita."

        "Kudengar ia sudah pernah menginap di gua kecilmu beberapa malam dan dirawat oleh ki Mangun. Itu sudah lebih dari cukup untuk membuatnya menjadi bagian dari keluarga besar kita, Putri. Ditambah lagi ia nginap di perkemahan ini tadi malam. Lagi pula, kau harus menghadapi kedua prajurit itu secara berpasangan sementara itu kakakmu tak ada di sini. Kalau kau maju sendirian, ayah pastikan kamu akan kalah anakku. Kalau kita kalah, aku akan dipancung di Mataram." [47]

 

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar