Buku 1
ANGGUR EMAS
Karya: Usdek Emka J.S.
[39]
Putri yang sedari tadi menyaksikan pertempuran dua pendekar itu segera mengerahkan tenaga dalam. Sebagai putri seorang berandal, ia pernah mendengar cerita tentang kedahsyatan Cemeti Emas. Hanya saja ia tak pernah menyangka kalau hari ini akan begitu beruntung dapat menyaksikan duel antara Cemeti Emas dengan Seruling Perak. Kalau Putri segera mengerahkan tenaga dalam, Raden Pekik yang berdiri tak jauh dari situ tak berbuat apa-apa. Ia memang tidak tahu kisah Cemeti Emas dan Seruling Perak itu. Tapi ia tahu bahwa pertempuran antara dua orang tua itu akan semakin menarik saja.
Benar saja. Tak lama kemudian cemeti pendekar Mataram itu menyalak dengan ganasnya. Suaranya memekakkan telinga. Tetapi semakin cepat cemeti itu diputar, semakin lembut ledakan suaranya. Hanya saja, desing suara yang ditimbulkan cemeti itu semakin kuat. Putri terpaksa meningkatkan pengerahan tenaga dalamnya. Kini Raden Pekik mulai terpengaruh. Desing cemeti itu mulai mengganggu telinganya. Mau tak mau pemuda itu harus melindungi dirinya dengan mengerahkan tenaga dalam. Sementara itu para prajurit rendahan dari Mataram dan anak buah Suro Brewok sudah berjatuhan di tempat masing-masing. Mereka jatuh bergulingan sambil menutupi kupingnya.
Ki Supo yang berkali-kali diserang ujung cemeti tampak sibuk meniup serulingnya. Aneh, ujung cemeti itu tak berhasil menyentuh tubuh ki Supo yang duduk bersila di atas sebuah bongkahan batu. Setiap kali ujung cemeti mendekatinya, ki Supo mengarahkan ujung seruling ke cemeti itu. Dari lubang seruling tampak keluar kepulan asap yang bergerak menyerupai ular kecil yang dengan tangkasnya mematuk dua cincin emas di ujung cemeti.
Semakin lama gerakan pendekar Mataram semakin lembut. Namun demikian, getaran kekuatan yang ditimbulkan semakin dahsyat. Prajurit Mataram dan anak buah Suro Brewok yang sejak tadi bergulingan mulai mengeluarkan darah dari hidungnya. Ki Supo yang tak ingin mengorbankan orang-orang yang tidak perlu agak was-was. Ia yang tadinya amat yakin dapat menundukkan pendekar Mataram itu dengan mudah mulai ragu kalau ia dapat mengalahkan lawannya hanya dengan tiupan serulingnya. Tiupan serulingnya hanya mampu mengimbangi serangan cemeti lawan, tetapi tidak dapat menundukkan. Jika keadaan ini berlangsung lama, ia kawatir para prajurit Mataram dan anak buah Suro Brewok itu akan menjadi korban yang tidak perlu. Ia harus segera mengakhiri pertempuran itu. Ia akan keluarkan jurus pamungkas untuk membungkam lawannya. Sebaliknya, pendekar Mataram yang sejak tadi penasaran karena gagal menangkap buruannya juga ingin mengakhiri pertempuran itu.
Seperti diberi aba-aba, kedua pendekar itu melompat ke depan dan saling menyerang. Dengan cemeti yang berayun-ayun seakan dua cakar rajawali yang menerkam lawan, pendekar Mataram menerjang ki Supo. Ki Supo menyambut serangan itu dengan mengayunkan serulingnya secepat gerakan cemeti lawan. Dari ujung seruling bukan hanya keluar angin pusaran yang membentuk ribuan ular, tetapi juga desis ribuan ular kecil. Itulah paduan antara ajian Nagapasa dan Seruling Perak ciptaannya.
Semua orang yang berada di sana menahan nafas tegang menunggu apa yang bakal terjadi. *** [39]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar