Selasa, 08 Juni 2010

Anggur Emas 42

 

Buku 1

ANGGUR  EMAS

Karya: Usdek Emka J.S

[42]

"Aku tak ingin mengorbankan prajuritmu hanya karena ketololanmu sebagai Senopati. Bawalah mereka pulang, kamu bukanlah orang yang tepat untuk menangkapku," ejek Suro Brewok.

"Aku sudah sering mendengar tentang kehebatan ki Tumenggung.  Melawan ki Tumenggung ibarat angin sepoi-poi yang hendak merubuhkan pohon jati. Tetapi aku ini seorang prajurit ki. Titah Baginda lebih berharga dari pada jiwaku."

"Dasar tolol. Kalau kamu ingin soroh pati, majulah. Tapi aku tak ingin mengotori tanganku melawanmu. Kau hadapi saja bocah laki-laki yang nonton di pinggir itu. Anggap saja ia sebagai wakilku," kata Suro Brewok meninggalkan tempat.

"Apa?" seru Perwira Muda itu menahan amarah yang amat sangat. Ia merasa sangat terhina diperlakukan seperti itu. Ia adalah seorang Perwira Mataram. Ia hanya pantas dihadapi oleh orang yang sekelas atau lebih tinggi darinya, bukan anak ingusan yang usianya belum genap enam belas tahun. "Ki Tumenggung amat merendahkanku dan Mataram ki. Aku akan memaksamu berlutut mohon ampun kepada Sinuwun," lanjut Perwira Muda itu sambil menyerang Suro Brewok dari belakang.

"Dasar tidak tahu diri," balas Suro Brewok membalikkan tubuh menyambut serangan itu. Ia lawan pedang Perwira Mataran itu dengan keris kecil miliknya. Kedua benda keras itu beradu di udara menimbulkan percikan bunga api dan suara keras benturan dua logam.  Perwira Mataram melompat mundur, tangannya terasa kesemutan, hampir saja pedang itu terlepas dari tangannya. Sebaliknya, Suro Brewok tetap berdiri tegak di tempatnya. Tangan kanannya masih mengacungkan kerisnya.

"Majulah orang Mataram. Lawanlah aku dengan segenap tenagamu. Dasar tak tahu diri. Sudah dibilang kamu bukan tandinganku, masih saja nekad."

"Jangan cepat berbangga hati. Aku akan segera mencincangmu," balas Perwira Mataram itu penuh amarah.

"Kau ini dasar Perwira cubluk. Coba lihat sekelilingmu. Prajuritmu tak mampu mengatasi anak buahku. Salah seorang pendekar andalanmu tak berkutik menghadapi ki Supo. Yang satu lagi akan segera dikalahkan ki Mangun. Dan, kau sendiri tak akan bisa berbuat banyak menghadapiku," ungkap Suro Brewok sambil menunjuk para prajurit Mataram yang kewalahan menghadapi anak buahnya.

"Perwira Mataram lebih baik kau segera pulang dan lapor kepada rajamu bahwa aku tidak punya minat menemuinya. Kalian pergilah sebelum berubah pikiranku," lanjut ki Suro Brewok yang dipanggil ki Tumenggung oleh perwira Mataram itu. Ia hampiri putrinya yang tengah menyaksikan pertempuran antara anak buahnya dengan pasukan Mataram. "Ayo kita tinggalkan mereka," ajaknya. Raja Kecu itu juga memberi isyarat kepada Raden Pekik agar mengikutinya. [42]

__._,_.___

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar