Buku 1
ANGGUR EMAS
Karya: Usdek Emka J.S
[41]
Untuk sesaat, suasana jadi hening. Raden Pekik yang selama ini tak pernah keluar dari Gunung Mijil hanya melongo menyaksikan pertarungan itu. Ia tak pernah menyangka kalau di tengah hutan seperti ini ada orang sesakti ki Supo.
Pemuda yang cerdik itu mulai menghubungkan percakapan antara ki Mangun dan Putri dengan kejadian yang barusan dilihatnya. Tampaknya mereka bukan perampok sembarangan. Pengetahuan ki Mangun atas timang yang ia miliki menunjukkan bahwa ki Mangun memiliki pengetahuan tentang keluarga istana. Percakapan antara Suro Brewok dan Perwira Mataram itu juga menunjukkan adanya hubungan antara kelompok ini dengan istana. Tapi siapa para perampok ini dan apa hubungan mereka dengan istana? Itulah yang masih gelap baginya. Dan, ia menjadi semakin tertarik untuk membuka tabir rahasia kelompok Suro Brewok ini. Ki Supo dan ki Mangun telah menarik perhatiannya. Ia ingin bisa dekat dengan kedua orang itu. Ia akan berusaha, demikian pikirnya.
Sementara itu prajurit Mataram yang dipimpin langsung oleh Perwira Mudanya mulai menata diri. Dalam waktu yang amat singkat mereka sudah siap menghadapi para brandal dan kecu yang dipimpin oleh Suro Brewok. Kedua belah pihak saling serang dan saling tindih secara bergantian. Prajurit Mataram yang terlatih bertempur dalam gelar yang teratur mengalami kesulitan menghadapi pasukan kecu yang bertempur secara serampangan. Meski pada awalnya kedua pasukan bertempur dalam gelar pasukan yang jelas, pada akhirnya mereka bertempur tanpa aturan. Di sinilah prajurit Mataram yang mengandalkan keutuhan kelompok mengalami kesulitan menghadapi para kecu yang lebih mengandalkan kepada kemampuan pribadi masing-masing. Ketika pasukan berandal itu dapat mendesak prajurit Mataram, Suro Brewok berhadap-hadapan dengan Perwira Muda dari Mataram itu. [41]
__._,_.___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar