Sore itu, padang Kurusetra tempat laga perang Baratayuda benar2 menjadi padang pembantaian dan darah mengalir dimana mana, debu beterbangan dan suara megaduh kesakitan memilukan hati orang yg waras.
Pasukan Kurawa yg punya balatentara lebih banyak dan persenjataan lebih canggih, merasa terdesak dan hampir2 merasakan kekalahan. Kekalahan ini menurut Kurawa karena "tidak adil" perang yg tidak fair, tidak seimbang protesnya kepada Prabu Kresna yg bertindak sebagai wasit yg sekalian pengasuh dr Kurawa maupun Pandawa.
"Kenapa?" Tanya Kresna
"Ini Kurawa kalah, gara2 Pendawa majukan si Antareja dan si Antasena"protes Kurawa yg badannya gede2 siungnya dimana-mana.
Antasena (bisa keluar masuk ke air tanpa tabung oksigen) dan Antareja (bisa ambless dan njedul ke bumi/tanah 1000 x lebih cepat dr landak) dua orang ini anak dr Bima yg Sakti.
Mendengar protes sepihak dr Kurawa ini , maka Kresna muarah. Inilah kelemahan Kresna yg tidak cek n richek kenapa Kurawa kalah dan Pendawa (akan) menang.
Kresna mencari si Antareja dan Antasena, kesana kemari tidak ketemu, bahkan semua sudah dimosak masik tidak juga ketemu. Katanya ada di padang Kurusetra tapi kok gak klihatan batang hidungnya. Maka dikeluarkan senjata Pamunkasnya, yaitu panah Kalacakra yg bisa terbang sendiri mencari sasaran dgn tepat.
Gendewa sudah ditarik dan jemparing akan dilucurkan berarti akan ada kematian lagi, duh. Ketika mau dilepas panahnya, tiba-tiba ...jedulll !! Keluar dua anak Bima ini : Antasena dan Antarareja dari tanah dan lautan..merekakeluar sambil ketawa ketiwi ngglegess senyum2 sinis penuh hormat kepada Prabu Kresna :
"Eeeiiititit eeeiitt jangaaan !!" Terieak mrk berdua kepada Prabu Kresna.
"Kalu Eyan Prabu Kresna melepas panah Kalacakra, maka akan buanyak prajurit yg lemah akan modar tanpa tahu penyebabnya, gak seimbang lah yaw" kata mrk berdua.
"Deem, jamput tenan kamu berdua, enak saja jedal jedul dr tanah dan membunuh Korawa" tereak Kresna.
"Jangan sewot gitu dunk Yang, kami kalah jumlah dan kalah persenjataa, ya kami pakai akal tidak okol apalagi ukil" kata Antareja"
"Kami sebetulnya yg diDzolimi, dihina dan hak kami dirampas, serta tanah kami direbut , anak2 kami dibunuh dgn kekurangan gizi dan wanita2 kami dilecehkan, njuk kalo gitu siapa yg semana-mena eyang Prabu ?" Kata Antasena
"Deem, jamput kamu" Tereak Kresna
Gini saja, kata mrk berdua. Kalo eyang Kresna menghendaki "keseimbangan dan demmokrasi versi Eyang, dan itu harus melenyapkan kami berdua, gak usah repot2. Biarlah kami yg murca,mematikan diri kami berdua, dan anggaplah ini sebagai tumbal utk menegakkan posisi dan Jabatan eyang Kresna sebagai wasit dlm pepernagan ini.
"Bleessss bleessss" mereka berdua lenyap dr padang Kurusetra dan musnahkan nyawanya, raganyapun tak berbekas.
Sebuah kematian dr kesatria peperangan yg mati dengan indah dan penuh pengorbanan. Mereka merasa sudah cukup memberikan arti tentang makna kehidupan yg adil dan bermartabat, tidak sia2 nyawanya dimusnahkan. Dan sore itu padang Kurusetra bertiup angin semilir yg harum. Semua prajurit dan punggawa dr Pandawa dan Kurawa merasakan sesak dadanya haru dengan kepergian orang yg punya prinsip utk bisa bermartabata dlm hidup dan kehidupan.
Bau harup buka dupa kematian menyelimuti padang Kurusetra, tapi sebuah pengormatan bagi yg layak mendapatkannya.
Tembang Megatruh (megat-ruh) lamat-lamat mengalun sendu dan angkara murka masih merajalela.
Salam dr Joger Jelek
/gun soetopo®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar