Selasa, 25 Mei 2010

Anggur Emas 34

 

Buku 1

ANGGUR  EMAS

Karya: Usdek Emka J.S.

[34]

"Aduh ketiwasan tuan besar. Kami tak bisa menahan mereka," lapor orang yang jadi pimpinan rombongan itu.

"Maksudmu pasukan mataram?"

"Betul tuan."

"Mereka bukan lawanmu. Siapa juga suruh menghadang mereka? Dan dimana tuan mudamu?"

"Tuan Muda sudah tidak nampak sejak dua hari yang lalu Tuan Besar. Jadi kami sendiri yang menghadang pasukan Mataram itu."

Ia hargai kesetiaan anak buahnya. Tapi ia juga geleng-geleng kepala atas ketololan mereka. Jelas prajurit Mataram itu sudah terlatih untuk bertempur dalam tata tempur berkelompok. Sedangkan begundal rendahan ini hanyalah perampok cilik yang tak pernah belajar gelar perang.

"Rawatlah kawan-kawanmu yang terluka. Dan cepat cari perlindungan yang aman. Biar kami yang menyambut mereka," perintah Suro Brewok. Orang-orang itu segera menuju ke gua yang berada di balik air terjun besar, tempat yang paling aman di hutan itu.

"Ki Mangun, ki Supo, dan kau Putri, bersiap-siaplah. Antek-antek Kumpeni dari Mataram itu sebentar lagi akan datang," perintah Suro Brawok penuh wibawa.  Putri yang sudah sering mendengar bagaimana ayahnya sangat membenci antek-antek Kumpeni, segera mengerti apa yang harus dilakukan.

"Bagaimana dengan bocah tengik itu ayah?" ia masih kawatir.

"Jangan kawatir. Dia bisa menjaga dirinya sendirinya," jawab ayahnya.

Putri tidak sempat lagi membatah ayahnya karena pada saat itu prajurit Mataram sudah tiba. Jumlahnya empat puluh lima orang dipimpin oleh seorang perwira yang masih sangat muda. Kalau ditaksir usianya baru sekitar tiga puluhan. Ia diapit oleh beberapa orang yang tidak pakai seragam prajurit. Tampaknya mereka pendekar-pendekar yang disewa Mataram untuk menangkap para pemberontak.

         "O, kamu yang mendapat tugas menangkapku?" sambut Suro Brewok setelah keduanya berhadapan. "Selamat datang di markas Raja Kecu Suro Brewok."

        "Terima kasih ki Tumenggung. Maafkan saya kalau kedatangan kami telah mengganggu ketentraman istirahatmu."

        "Sudahlah jangan pakai basa-basi. Aku sudah tahu untuk apa kalian datang. Hayo tangkaplah aku," tantang Suro Brewok.

        "Sebenarnya kedatangan kami kemari untuk menghaturkan undangan Ing Ngarso Dalem Ingkah Sinuwun Sunan Amangkurat II kepada ki Tumenggung. Mengingat jasa Ki Tumenggung kepada Sinuwun, dan pengalaman ki Tumenggung memimpin pasukan, serta kesaktian ki Tumenggung, Ing Ngarso Dalem akan mengangkat ki Tumenggung untuk memimpin pasukan khusus kerajaan."

        "Heh, sampaikan kepada rajamu, si Pengkhianat itu. Aku Tumenggung Narpati Bowo Leksono tidak sudi menerima tawarannya, kecuali si Antek Kumpeni itu bertobat dan membebaskan semua Pangeran yang menentang Kumpeni." [34]

__._,_.___

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar