Buku 1
ANGGUR EMAS
Karya: Usdek Emka J.S.
[31]
Pagi itu Suro Brewok tampak sedang menikmati ayam panggang di antara anak buahnya. Sejak menghuni hutan itu dua belas tahun yang lalu, keadaan orang tua itu selalu murung. Ada rahasia besar yang ia pendam selama ini. Kepada beberapa orang terdekatnya seperti ki Supo dan ki Mangun, ia sering berkeluh kesah tentang nasibnya yang terlunta-lunta hampir dua puluh tahun. Kedua orang itulah yang selama ini dengan setia mendampinginya. Mereka juga yang membantunya membesarkan Putri dan Gemak Seto.
Tugas membesarkan kedua bocah itu menjadi sangat berat bagi Suro Brewok. Ia telah berjanji akan melindungi kedua bocah itu dengan nyawanya dan mengembalikannya kepada kedua orang tuanya kalau suasana kota raja membaik. Saat ini semuanya kacau. Orang-orang Sunan Amangkurat II yang lebih condong kepada Kumpeni tak memberinya ruang untuk bernapas. Padahal dulu mereka bekerjasama dalam mempengaruhi kebijakan Sunan Amangkurat I. Tidak henti-hentinya mereka mengingat Ingkang Ngarso Dalem agar menjaga jarak dengan Kumpeni.
Mereka juga bekerja sama menyusun kekuatan untuk menjatuhkan Ingkang Sinuwun ketika Sunan Amangkurat I bersikeras menyerahkan beberapa daerah kepada Kumpeni. Berkongsi dengan Pangeran Maduretno, alias Trunojoyo, dan Pangeran Anom, mereka berhasil mengusir Sunan Amangkurat I dari istana. Bahkan sempat mengejar Ingkang Sinuwun sampai Tegal Arum.
Nasib tak dapat dikira, untung tak dapat diduga. Pada saat menjelang ajalnya, Sunan Amangkurat I memanggil Pangeran Anom dan menyerahkan tahta kerajaan kepada putranya, yang kemudian bergelar Sunan Amangkurat II. Bukan hanya tahta yang diserahkan kepada Pangeran Anom tetapi juga warisan kongsi dengan Kumpeni.
Di situlah, perkongsian antara Pangeran Anom di satu sisi dan Panembahan Maduretno bersama Pangeran Natakusuma di sisi lain pecah. Sejak itu, Suro Brewok yang saat itu menjadi tangan kanan Pangeran Natakusuma dinyatakan sebagai buron. Sang Pangeran dan keluarganya ditangkap dan dijebloskan ke penjara.
Sejak dikejar-kejar pasukan yang setia kepada Pangeran Anom, orang tua itu memilih jalan hidup sebagai kecu di lereng gunung Merbabu. Tidak mudah mendapatkan tempat itu, dulu ia harus bertempur habis-habisan melawan penguasa Alas Roban. Dua hari dua malam mereka beradu kesaktian sebelum akhirnya mengalahkan Raja Kecu Alas Roban, yang sekarang mengaku takluk dan menyingkir ke Ambarawa.
Meski tinggal di lereng Merbabu, Suro Brewok tetap menjalin komunikasi dengan orang-orang yang tetap setia kepada perjuangan mengusir Kumpeni dari Bumi Mataram. Suro Brewok yang di masa kecilnya menyaksikan kegigihan Sultan Agung dalam mengusir Kumpeni, mewarisi semangat junjungannya itu. Maka, ia menjadi sangat kecewa ketika pengganti Raja Besar Mataram itu justru bersengkongkol dengan Kumpeni. Dicap sebagai Senopati Pemberontak tidak membuat hati Suro Brewok kecut, tetapi justru bangga. Kakek Suro Brewok adalah seorang Senopati pengapit Sultan Agung. Darah kepahlawanan itu masih mengalir deras di tubuhnya. [31]
__._,_.___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar