Senin, 19 April 2010

SAJAK PALSU

SAJAK PALSU

Selamat pagi pak, selamat pagi bu,
ucap anak sekolah dengan sapaan palsu.
Lalu merekapun belajar sejarah palsu dari buku-buku palsu.
Di akhir sekolah mereka terperangah melihat hamparan
nilai mereka yang palsu. Karena tak cukup nilai, maka berdatanganlah
mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru untuk
menyerahkan amplop berisi perhatian dan rasa hormat palsu.

Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu, akhirnya
pak guru dan bu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu
untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru.

Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, merekapun
lahir sebagai ekonom-ekonom palsu, ahli hukum palsu,
ahli pertanian palsu, insinyur palsu. Sebagian
menjadi guru, ilmuwan atau seniman palsu. Dengan gairah
tinggi mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu
dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu. Mereka
saksikan ramainya perniagaan palsu dengan ekspor
dan impor palsu yang mengirim dan mendatangkan
berbagai barang kelontong kualitas palsu.

Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus
dan hadiah-hadiah palsu tapi diam-diam meminjam juga
pinjaman dengan ijin dan surat palsu. Masyarakat pun
berniaga dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu.
Maka uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu
sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis
yang meruntuhkan pemerintahan palsu ke dalam
nasib buruk palsu. Lalu orang-orang palsu
meneriakkan kegembiraan palsu dan mendebatkan
gagasan-gagasan palsu di tengah seminar dan dialog-
dialog palsu menyambut tibanya demokrasi palsu yang
berkibar-kibar begitu nyaring dan palsu.
(Agus R. Sarjono 1998)

__._,_.___

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar