Senin, 19 April 2010

Pygmalion

 

Alhamdulillah mas HY, nuansa islam seperti inilah yang mestinya sering kita sampaikan...... Karena sesungguhnya sebagai rahmatan lil alamin, Islam adalah agama yang lembut penuh kasih sayang....

Pada zaman khalifah Umar bin khatab (era khulafaurrasyidin), ada sebuah kisah, Gubernur qabti (mesir), amru bin ash, hendak membangun masjid, untuk kepentingan pembangunan masjid tsb gubernur membongkar rumah seorang yahudi. Yahudi tsb protes tetapi tak dihiraukan oleh gubernur tsb, maka iapun berangkat ke madinah menjumpai khalifah umar dan menyampaikan apa yang terjadi. Singkat cerita, Umar kemudian mengambil sebilah tulang dan membuat garis lurus dengan goresan pedangnya, " berikan ini ke amru bin ash ! Katakan ini dari umar bin khatab!"
Yahudi itupun kembali ke mesir, menyerahkan tulang tsb spt perintah umar. Melihat tulang tsb, amru bin ash sang gubernur menggigil ketakutan. Amru bin ash meminta maaf kepada yahudi tsb, dan membangun kembali rumah yang dirobohkan, pembangunan masjid diteruskan dengan menggeser posisi.

Yahudi tsb bertanya, apa arti tulang itu?, amru bin ash menjawab," khalifah umar marah karena saya telah berlaku zalim, Islam harus ditegakkan dengan kebenaran dan keadilan. Tidak boleh ada kezaliman dan tindakan perusakan sekalipun untuk membangun rumah ibadah.... "

Yahudi itu terharu.... Dan mendapat hidayah.....

Salam
Yudha herry asnawi


Kang Yudha,
Dlm buku "Tadzkirat Al Auliya" karya Fariduddin Attar, ada kisah menarik Syekh Hasan Al Basri.

Beliau tinggal bertetangga dengan orang Yahudi yg beragama Yahudi. Karena rumahnya dempet (mirip model kapel kalau jaman sekarang), bagian tertentu dari rumah Hasan Al Basri sering mendapat rembesan/bocoran air dari tetangganya, yg tentu sangat mengganggu. Keadaan seperti itu berlangsung lebih dari 20 tahun.

Pada suatu hari tetangganya mendengar bahwa Hasan Al Basri sedang jatuh sakit. Maka bezoeklah tetangga itu.

Pada saat bezoek itu, tetangga itu baru tahu kalau ada bocoran air dari rumahnya yg masuk ke rumah Hasan Al Basri.

"Sudah berapa lama ini berlangsung, "tanya tetangga ke Hasan Al Basri.

"Sudah dua puluh tahun, "jawab Hasan Al Basri.

Tetangga itu sangat malu sekaligus kagum kepada Hasan Al Basri atas kesabarannya, yg menyebabkan dia melepaskan sabuk Yahudinya, lalu masuk Islam.

HY

 

Pymalion impact, dalam khasanah religi (islam) dikenal dengan terminologi " khusnudzon "..... Berprasangka baik.

Seorang ulama besar Hasan Al basri, mengatakan, belum sempurna keagamaan (keislaman) dan keimanan seseorang, sampai ada khusnudzon di hatinya.

Dalam sejarahnya, hasan al basri pernah dizalimi oleh penguasa damaskus (khilafah bani umayyah) dengan pelarangan mengajar dan tindakan intimidasi, murid2nya marah dan ingin berontak, tapi Hasan Al Basri melarangnya, sambil tersenyum beliau mengatakan..... "Mereka melakukan semua itu... Mungkin karena mereka belum tahu.... Sabarlah mari kita lakukan amal yang baik2 sehingga mereka menjadi tahu... Insya Allah mereka akan berubah"

Sikap seperti itulah yang membuat Hasan Al Basri dikenang sepanjang masa.

Salam
Yudha Herry Asnawi

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!


PYGMALION

Pygmalion adalah seorang pemuda yang berbakat seni memahat. Ia sungguh
piawai dalam memahat patung. Karya ukiran tangannya sungguh bagus.Tetapi
bukan kecakapannya itu menjadikan ia dikenal dan disenangi teman dan
tetangganya.

Pygmalion dikenal sebagai orang yang suka berpikiran positif. Ia memandang
segala sesuatu dari sudut yang baik. Apabila lapangan di tengah kota becek,
orang-orang mengomel.Tetapi Pygmalion berkata, "Untunglah, lapangan yang
lain tidak sebecek ini."

Ketika ada seorang pembeli patung ngotot menawar-nawar harga,kawan-kawan
Pygmalion berbisik, "Kikir betul orang itu." Tetapi Pygmalion
berkata,"Mungkin orang itu perlu mengeluarkan uang untuk urusan lain yang
lebih perlu".

Ketika anak-anak mencuri apel dikebunnya, Pygmalion tidak mengumpat. Ia
malah merasa iba, "Kasihan,anak-anak itu kurang mendapat pendidikan dan
makanan yang cukup di rumahnya."

Itulah pola pandang Pygmalion. Ia tidak melihat suatu keadaan dari segi
buruk, melainkan justru dari segi baik. Ia tidak pernah berpikir buruk
tentang orang lain; sebaliknya, ia mencoba membayangkan hal-hal baik
dibalik perbuatan buruk orang lain.

Pada suatu hari Pygmalion mengukir sebuah patung wanita dari kayu yang
sangat halus. Patung itu berukuran manusia sungguhan. Ketika sudah rampung,
patung itu tampak seperti manusia betul. Wajah patung itu tersenyum manis
menawan, tubuhnya elok menarik. Kawan-kawan Pygmalion
berkata,"Ah,sebagus-bagusnya patung, itu cuma patung, bukan isterimu."
Tetapi Pygmalion memperlakukan patung itu sebagai manusia betul.
Berkali-kali patung itu ditatapnya dan dielusnya.

Para dewa yang ada di Gunung Olympus memperhatikan dan menghargai sikap
Pygmalion, lalu mereka memutuskan untuk memberi anugerah kepada
Pygmalion,yaitu mengubah patung itu menjadi manusia betul. Begitulah,
Pygmalion hidup berbahagia dengan isterinya itu yang konon adalah wanita
tercantik di seluruh negeri Yunani.

Nama Pygmalion dikenang hingga kini untuk menggambarkan dampak pola
berpikir yang positif. Kalau kita berpikir positif tentang suatu keadaan
atau seseorang,seringkali hasilnya betul-betul menjadi positif.

Misalnya,

* Jika kita bersikap ramah terhadap seseorang, maka orang itupun akan
menjadi ramah terhadap kita.
* Jika kita memperlakukan anak kita sebagai anak yang cerdas, akhirnya dia
betul-betul menjadi cerdas.
* Jika kita yakin bahwa upaya kita akan berhasil, besar sekali kemungkinan
upaya dapat merupakan separuh keberhasilan.

Dampak pola berpikir positif itu disebut dampak Pygmalion. Pikiran kita
memang seringkali mempunyai dampak fulfilling prophecy atau ramalan
tergenapi, baik positif maupun negatif.

* Kalau kita menganggap tetangga kita judes sehingga kita tidak mau bergaul
dengan dia, maka akhirnya dia betul-betul menjadi judes.
* Kalau kita mencurigai dan menganggap anak kita tidak jujur,akhirnya ia
betul-betul menjadi tidak jujur.
* Kalau kita sudah putus asa dan merasa tidak sanggup pada awal suatu
usaha, besar sekali kemungkinannya kita betul-betul akan gagal.

Pola pikir Pygmalion adalah berpikir, menduga dan berharap hanya yang baik
tentang suatu keadaan atau seseorang. Bayangkan, bagaimana besar dampaknya
bila kita berpola pikir positif seperti itu. Kita tidak akan berprasangka
buruk tentang orang lain. Kita tidak menggunjingkan desas-desus yang jelek
tentang orang lain. Kita tidak menduga-duga yang jahat tentang orang lain.

Kalau kita berpikir buruk tentang orang lain, selalu ada saja bahan untuk
menduga hal-hal yang buruk. Jika ada seorang kawan memberi hadiah kepada
kita, jelas itu adalah perbuatan baik. Tetapi jika kita berpikir buruk,
kita akan menjadi curiga, "Barangkali ia sedang mencoba membujuk," atau
kita mengomel, "Ah, hadiahnya cuma barang murah." Yang rugi dari pola pikir
seperti itu adalah diri kita sendiri.Kita menjadi mudah curiga. Kita
menjadi tidak bahagia.Sebaliknya, kalau kita berpikir positif,kita akan
menikmati hadiah itu dengan rasa gembira dan syukur, "Ia begitu murah hati.
Walaupun ia sibuk, ia ingat untuk memberi kepada kita."

Warna hidup memang tergantung dari warna kaca mata yang kita pakai. Kalau
kita memakai kaca mata kelabu, segala sesuatu akan tampak kelabu. Hidup
menjadi kelabu dan suram. Tetapi kalau kita memakai kaca mata yang terang,
segala sesuatu akan tampak cerah. Kacamata yang berprasangka atau benci
akan menjadikan hidup kita penuh rasa curiga dan dendam. Tetapi kacamata
yang damai akan menjadikan hidup kita damai.

Hidup akan menjadi baik kalau kita memandangnya dari segi yang baik.
Berpikir baik tentang diri sendiri. Berpikir baik tentang orang lain.
Berpikir baik tentang keadaan. Berpikir baik tentang Tuhan.

Dampak berpikir baik seperti itu akan kita rasakan. Keluarga menjadi
hangat. Kawan menjadi bisa dipercaya. Tetangga menjadi akrab. Pekerjaan
menjadi menyenangkan. Dunia menjadi ramah. Hidup menjadi indah. Seperti
hidupnya Pygmalion.

<Source: Unknown>

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar