Senin, 19 April 2010

Anggur Emas 28

 

Buku 1

ANGGUR  EMAS

Karya: Usdek Emka J.S.

[28]

Putri kembali ke gua kecilnya. Kali ini ia disertai ki Mangun, ahli racun dan peramu obat andalan ayahnya. Gadis itu sengaja mengajak ki Mangun agar orang tua itu dapat melihat sendiri hasil kerja ramuan obat buatanya.

"Kamu yakin ki?" tanya Putri kepada ki Mangun sebelum mereka memasuki mulut gua.

"Benar den Ayu. Ramuanku bukanlah racun yang mematikan. Ini hanya pelemah syaraf."

"Seberapa ampuh ki?"

"Ada yang bisa membuat orang lumpuh selama satu hari, ada yang lebih lama, tapi ada juga yang hanya sebentar."

"Yang paling lama berapa hari ki?"

"Bisa satu bulan den Ayu."

 "Kalau anggur yang kupakai itu?"

"Aduh yang itu belum tahu den. Kan belum pernah dicoba."

 "Aduh gawat kalau begitu."

"Kenapa den ayu?"

"Sebentar ki. Aku harus periksa bocah tengik itu," Putri berlari kecil meninggalkan ki Mangun. "Mudah-mudahan ia masih tergolek pingsan. Wah gawat kalau ia sudah kabur," Putri nampak kawatir sekali.

Seperti burung wallet, gadis itu langsung menerobos ke dalam gua di mana Raden Pekik ia tidurkan. Sejenak ia bernafas lega melihat bayangan pemuda itu masih terbaring di tempatnya. "Kemarilah ki, cepat," panggilnya kepada ki Mangun.

"Iya den Ayu. Saya segera datang."

"Kau lihat sendiri ki, pemuda itu masih tergolek di tempatnya," Putri menunjuk ke tempat Raden Pekik dibaringkan. "Dia tergolek di sana sejak tadi pagi. Ini artinya ramuanmu memang manjur," tambahnya.

Ki Mangun mendekati Raden Pekik. Dengan bantuan sinar matahari yang menerobos lewat celah-celah dinding gua, orang tua itu bisa dengan jelas melihat wajah pemuda itu.

"Aduh gawat den Ayu. Tampaknya pemuda ini keracuan berat. Lihat wajahnya membiru."

"Maksud ki Mangun?"

"Kemarilah. Coba den Ayu periksa wajah pemuda ini." 

Putri mendekat diperiksanya wajah Raden Pekik dengan seksama. "Benar ki. Wajah bocah tengik ini membiru. Apakah racun itu akan membunuhnya?"

"Saya tidak tahu den Ayu."

"Lho katamu ramuan-ramuanmu hanya melumpuhkan syaraf."

"Benar den Ayu. Tapi bukan yang ini. Kan tadi sudah kubilang. Ramuan yang satu ini belum pernah dicoba."

"Aduh gawat. Kalau bocah ini mati, sia-sialah usahaku selama ini." Putri berjalan hilir mudik di gua kecil itu. Ada penyesalan di hatinya. Ia terlalu sembrono ketika mengambil ramuan buatan ki Mangun. Sebenarnya orang tua itu sudah berpesan jangan mengambil ramuan berbentuk anggur itu. Tapi Putri tak mengindahkannya. Sebab, menurutnya, ramuan yang dikemas dalam bentuk anggur kecil itulah yang paling pas untuk mengecoh bocah tengik itu. Ternyata ia berhasil. Hanya saja ia tak menyangka kalau ki Mangun sendiri belum pernah mencobakan ramuan yang satu ini. Demi mempertahankan anggur itu ia telah bertemput melawan kakaknya. Kalau sekarang pemuda itu mati, sia-sialah semuanya. [28]

__._,_.___

.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar