Yth Para alumni IPB, khususnya FMIPA IPB
Kita harus membangkitkan kembali keyakinan kita utk membangun pertanian dengan kekuatan ilmu-ilmu dasar. Pada tahun 1956 ketika Prof. Tojib Hadiwidjaja menjadi Dekan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia, salah satu programnya adalah memperkuat ilmu-ilmu dasar pendukung pertanian. Maka beliau menghubungi Kedutaan Amerika untuk bekerjasama dalam pendidikan tinggi. Pada saat itu sedang dilakukan Indonesiasisasi pendidikan tinggi setelah dosen2 Belanda harus segera meninggalkan Indonesia. Pak Tojib berpendapat, pertanian di Indonesia harus diperkuat dengan basic sciences (utamanya adalah fisika, kimia, biologi, dan matematika). Lalu. dua tahun setelah itu, yakni 1958, USA menyetujui proposal Dekan Faperta IPB dan menunjuk Univ Kentucky sbg penanggung jawab, maka saat itu dikenal Kentucky Project. Para mahasiswa yang cemerlang lalu dikirim ke USA untuk mengambil s2 dan s3 di berbagai universitas di sana. Salah seorang lulusannya adalah Pak Andi H Nasoetion yang mendapat mandat memperkuat statistika di IPB.
Pada tahun 59 Pak Tojib atas permintaan Bung Karno diminta mempelajari sistem pendidikan tinggi di USA. Dalam skema kerjasama tsb dan biaya Yayasan Rockefeller Pak Tojib melakukan studi ke berbagai PT di sana. Sepulang dari studi khusus itu lahirlah konsep Tri Darma PT yang lalu dicobakan untuk pertama kalinya di Fak Pertanian UI awal 60. Lalu pada saat pendirian IPB sbg PT Pertanian di tahun 1963, konsep itu juga dinaikan ke level universitas. Pada saat itu Pak Tojib adalah Mentri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) yang membuat SK Mentri pendirian IPB tanggal 1 Sept 63, sambil menunggu SK Presiden untuk pendirian IPB.
Dari Kentucky Project, selain melakukan capacity building, juga mendapat berbagai fasilitas pendidikan. Termasuk bis roti yang panjang dan di dalamnya ada WC. Disebut bis roti karena bentuknya mirip tumpukan roti tawar. Saya sebagai mahasiswa baru yang tinggal di Darmaga tahun 76, masih kebagian naik bis roti ini. Hanya pada saat itu WCnya sudah tidak ada, dan bis itu hampir semuanya berbunyi, kecuali klaksonnya....
Di dalam bis roti itulah saya sbg mhs TPB bisa mendengar clotehannya para senior, seperti Kang Bastol (Pak Wardiman Fahutan), Bang Emir FKH, dan banyak dosen senior lainnya. Ketika saya menjadi Plh Ketua DM IPB th 77, mereka itulah yang banyak membantu kegiatan mahasiswa yang cenderung kurang sepaham dengan rezim Soeharto. Beliau2 umumnya itu sudah dipanggil YMK dan semoga tenang di sisi Allah swt. Aamiin YRA.
Kang Wardiman kenapa disebut Bastol? Konon waktu Mapram Faperta UI, beliau menggunakan lambang semir yang terkenal saat itu, merek Bastol. Pak Andi Hakim kalau manggil beliau 'Tol, Bastol'..he he he..sangat menyenangkan.
AS
Powered by Dept. Statistika FMIPA IPB
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar