Kamis, 24 November 2011 | 06:35 WIB
Jangan Tinggalkan Kebiasaan Berjemur
TEMPO.CO, Jakarta - Kebiasaan memusuhi sinar matahari, termasuk di pagi hari, sudah mendarah daging bagi sebagian warga kota di Tanah Air. Ada sederet alasan di balik kebiasaan itu. Antara lain, menghindari kegerahan, ogah kulitnya menjadi hitam, atau takut terkena kanker kulit. Padahal, sejak lama, paparan sinar matahari dikenal sebagai sumber alamiah vitamin D yang sangat penting bagi tubuh.
"Kebiasaan itu perlu dipikir ulang. Sebab, penelitian kita menunjukkan mayoritas anak sekolah dasar di Jakarta mengalami ketidakcukupan (insufisiensi), bahkan kekurangan (defisiensi) vitamin D," kata Aman Pulungan dari Divisi Endokrinologi Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta kepada Tempo, di kantornya, Selasa lalu.
Aman dan kawan-kawan melakukan penelitian pada Mei lalu. Sebanyak 120 responden dari dua sekolah dasar di Ibukota menjadi responden. Hasilnya, angka ketidakcukupan mencapai 75,8 persen dan kekurangan vitamin D sebesar 15 persen. Walhasil, yang tubuhnya benar-benar cukup kebutuhan vitamin D hanya 9,2 persen. Temuan lain, siswa perempuan lebih banyak mengalami insufisiensi dan defisiensi vitamin D. Dalam penelitian ini, defisiensi terjadi jika level vitamin D dalam darah kurang dari 15 nanogram/desiliter, insufisien 15-31 ng/dL, dan sufisien jika di atas atau sama dengan 32 ng/dL.
"Ini mengejutkan. Sebab, sejak lama, banyak orang berpikir tak mungkin penduduk Indonesia kekurangan vitamin D karena sinar matahari melimpah," kata Aman. Temuan ini menjadikan Indonesia sama dengan negara-negara yang kaya sinar matahari yang lain, seperti Malaysia, India, Qatar, dan beberapa negara di Afrika. Untuk menguji temuan itu, rencananya, tahun depan, penelitian lintas propinsi akan dilakukan sehingga bisa didapat angka secara nasional.
Selama ini, semua orang mafhum bahwa paparan sinar matahari akan merangsang pembentukan vitamin D di dalam tubuh. Itu sebabnya, kebiasaan menjauhi sinar matahari, sejatinya memang tidak menguntungkan. Nah, untuk menambal kekurangan vitamin D, maka berjemur di bawah siraman sinar matahari, terutama sebelum jam 10 pagi, patut digalakkan. "Tak usah takut panas, paparan sinar matahari tersebut bermanfaat bagi tubuh," kata Aman.
Terpenuhinya Vitamin D di dalam tubuh sangat penting. Selain dari sinar matahari, vitamin ini bisa didapat dari makanan hewani, seperti ikan, telur, susu, atau produk olahannya, seperti keju. Bagi tubuh, vitamin ini memiliki sejumlah peran, antara lain, untuk menjaga kesehatan tulang. Itu sebabnya, kekurangan vitamin ini akan membuat tulang seseorang menjadi tipis dan rapuh akibat keropos. Mengutip sejumlah penelitian, menurut Aman, defisiensi vitamin D juga akan memperbesar resiko terjadinya infeksi berulang, diabetes, terganggunya kekebalan tubuh, dan kanker. Jika sudah berjemur, juga sudah menelan asupan makan bervitamin D, ternyata, masih juga kurang, menurut Aman, "Suplementasi vitamin D secara rutin perlu dilakukan. Hal ini yang belum ada di Indonesia."
Banyaknya anak perempuan yang mengalami insufisiensi dan defisiensi patut menjadi perhatian. Sebab, penelitian terbaru yang digeber dalam forum tahunan American Heart Association di Orlando, Florida, dua pekan lalu, menyebut rendahnya vitamin D potensial mendongkrak terjadinya serangan jantung dan stroke. Hasil itu didapat setelah para peneliti dari negara Abang Sam menganalisis data dalam rentang waktu 16 tahun dari lebih 2.000 wanita berusia 45-58 tahun.
Mereka menemukan 788 wanita yang mengalami defisiensi memiliki risiko lebih tinggi terkena serangan jantung dibanding 1.225 wanita yang kadar vitamin D-nya normal. Angkanya, seperti dilansir HealthDay News, pertengahan bulan ini, "Sebanyak 15 persen dari responden yang mengalami kekurangan vitamin D hidup menderita atau meninggal akibat serangan jantung atau stroke."
DWI WIYANA
http://www.tempo.co/read/news/2011/11/24/060368161/Jangan-Tinggalkan-Kebiasaan-Berjemur
__._,_.___
__,_._,___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar