Rabu, 13 Juli 2011

Dari/ke Bogor lebih naik kereta

Prof. Bustanul sepertinya sudah lama sekali tidak naik KRL hehehe, sewaktu saya part time di proyek OECF/JBIC-Bappenas, saya harus bolak balik Jakarta - Bogor, kalau pagi ngajar/praktikum di Darmaga, maka siang berangkat ke Jakarta atau sebaliknya. Darmaga - Bogor saya tempuh cuma 15 menit dengan motor via jalan tikus yg ada, ke Jakarta ya langganan KRL ekspress yg rangkaian keretanya tidak lain bekas KRL di Jepang, makanya jangan heran kalau petunjuk2 keselamatan dalam gerbong masih dalam bahasa Jepang, bahkan tujuan kereta masih tertulis kota di Jepang.

Nyaman dan nikmat Prof. apalagi memang pas lawan arus atau pas antara jam 9 - 15, nikmat sekali naik KRL AC, saya biasanya pas pulang dr Jakarta begitu naik di Gambir atau Juanda langsung tidur, dan bangun2 di Bogor pas ada yg bangunin..."Pak, pak..sudah sampai Bogor" hehehe.Gimana gak nyaman selain dingin, gak ada tukang asongan, pengamen dll.  Setiap ada urusan  ke Kemendiknas, kantor DAAD atau Kedubes Jepun biasanya saya selalu setia dengan KRL ekspres, apalagi ada noni2 cantik yg jualan kue2 dan teh botol heheheheheh.

Saya sempat guyon sama istri, pas jemput istri dan anak2 pulang ke Indonesia, kalau kita akan ke Tokyo pake KRL dari Stasiun Bogor, karena tujuannya masih tertulis TOKYO dalam huruf kanji di gerbong paling ujung/depan ruang masinis, seperti foto ini hehehe...Bogor - Oshiage (kota kecil deket Tokyo)

P1070745.JPG

Yang saya tahu PT INKA sudah bisa bikin rangkaian KRL juga seperti yg dipake di jalur Tn Abang - Serpong, cuma daya tahannya masih ada masalah katanya, setelah berapa ratus km dipake mulai ada kerusakan2, sementara yg bekas dr Jepun malah kuat.

Nah masalah persaingan antara lobi perusahaan swasta mobil Jepun dan Pemerintah Jepun yg memberi hibah sebagian rangkain KRL bekas dan menjual sebagian yg lain, sim kuring mah teu terang.

Saya sepakat, dengan konsep Greater Jakarta dan mengembangkan moda transportasi umum terintegrasi antara kereta, bus, subways dan angkutan umum lainnya. Saya kurang tahu di Amerika, tapi bagi yg pernah nyantri di Eropa hampir semua kota tulang punggung transportasi publiknya di jaringan kereta dan kereta bawah tanah. Bus, taksi, tram adalah  penyambung untuk jalan2 di blok2 bangunan diantara stasiun2 kereta tsb. Tiketnya cukup satu sama buat semua moda. Dalam hal ini saya bandingkan Eropa lebih maju dalam manajemen transport publik dibanding Jepang.

Kalau mau Jakarta bisa niru Berlin yg pernah dapat penghargaan terbaik dalam pengaturan moda transportasi publik di Eropa. Kalau ada yg mau iseng bisa cek di www.bvg.de

salam,
Epita

2011/6/10 Bustanul Arifin, Bogor-Indonesia <barifin@mb.ipb.ac.id>


Sejak ada proyek konstruksi pelebaran tol jagorawi dan desain pintu tol mencong di Cimanggis, perjalanan Jakarta-Bogor benar-benar tidak menyenangkan. Kemacetan telah amat sangat menjengkelkan. Waktu tempuh Bintaro-Baranangsiang biasanya 1 jam, sejak konstruksi per April/Mei itu waktu tempuh menjadi 3 jam. Paling cepat 2.5 jam.

Alhamdulillah, tadi mencoba naik kereta api. Lumayan, tidak sampai 2 jam. Dari Stasiun Pondok Ranji menuju Stasiun Tanah Abang. Lalu, ganti kereta Tanah Abang - Bogor. Sebenarnya kereta Pondok Ranji - Tanah Abang ada juga yang AC Ekpres, tapi tadi kabrnya rusak. Terpaksa naik Kereta Patas, alias ekonomi, harga karcis Rp 4000. Penuh banget, bercampur pedagang asongan, pengemis, pengamen, dsb. But, I enjoyed it. Memori masa mahasiswa tiga dasa warsa lalu serasa terputar kembali.

Menunggu 30 menit, baru naik kereta AC Ekonomi Tanah Abang - Bogor, harga karcisnya Rp 5.500. Karena kategorinya kereta ekonomi (walau ber-AC), ya kereta berhenti di semua Stasiun. Tiba di Stasiun Bogor di Pasar Anyar, naik angkot ke Baranangsiang, bayar Rp 2.000. Total habis uang Rp 11.500.

Pulangnya, rupanya ada Kereta Pakuan Ekspres Bogor - Serpong, langsung. Kereta berangkat pk 16.40, on-time. Harga karcis Rp 16.000. Kereta cuma berhenti di Stasiun Cawang, Manggarai, Sudirman, Tanah Abang, terus langsung Bintaro (Pondok Ranji) dan terakhir Serpong. Di Stasiun Depok dan Stasiun UI-Depok, kereta juga tidak berhenti, sehingga tidak bisa janjian dengan anak (Aga) yang biasanya mudik dari tempat kost-nya setiap Jumat sore.


Dari Bogor sampai Manggarai kereta sangat lengang, karena melawan arus orang pulang kerja (rush hour). Tapi, setelah sampai Stasiun Sudirman (Dukuh Atas), masya Allah. Penumpang membludak. Isinya ya karyawan/karyawati yang pulang kerja, para eksekutif yang berkantor di Kawasan Sudirman, Thamrin, Kuningan, dsb. Nah, begitu tiba di Tanah Abang, penumpang semakin sesak, sesesak sesaknya, sampai bernafas pun sulit.

Alhamdulillah, sekitar pk 18.10, kereta tiba di Stasiun Bintaro, dan sama sekali tidak berhenti di Stasiun-Stasiun lain (Palmerah, Kebayoran Lama etc). Sekitar separuh penumpang turun di Bintaro, sisanya turun di Serpong. Total perjalanan Bogor-Bintaro dengan kereta ekspres hanya 1.5 jam. Not bad at all.

Seandainya infrastruktur kereta api ini diperbaiki, kemungkinan besar kemacetan di Jakarta/Bogor tidak terlalu parah, dan warga mungkin semakin produktif.

Salam,
INOEL


__,_._,___

Tidak ada komentar:

Posting Komentar