Senin, 04 Oktober 2010

Kisah Sang Maestro Matsushita

Kisah Sang Maestro Matsushita

Sekarang ini, kita semua tahu 'krisis ekonomi'. Walau sudah berlalu,
gemanya masih terasa sampai saat ini. Pengaruhnya terhadap cara hidup,
luar biasa besarnya.

Kalangan atas, berguguran. Kalangan menengah ke bawah,
pontang-panting. Kerusakan yang ditimbulkan tidak kita ragukan lagi.
Tapi ... terbayang tidak, situasi yang lebih gawat daripada krisis ?

Di tahun 1929, pernah terjadi 'depresi ekonomi global'. Wall Street
menukik tajam tak terkendali. Surat saham tak lebih nilainya seperti
kertas biasa. Saat itu, General Motor terpaksa mem-PHK separo dari
92.829 karyawannya. Perusahaan besar maupun kecil bangkrut. Jutaan
orang menjadi pengangguran. Jutaan orang kelaparan. Daya beli turun
bersama harga dan lowongan pekerjaan.

Malam menjadi gelap gulita. Kepanikan terjadi di mana-mana. Toko yang
masih bertahan, menghentikan pembelian dari pabrik karena gudang sudah
penuh dengan barang yang tidak terjual.

Saat itu, Konosuke Matsushita yang memproduksi peralatan listrik
bermerek National dan Panasonic baru saja merampungkan pabrik dan
kantor dengan pinjaman dari Bank Sumitomo.

Kondisi badannya sering sakit-sakitan akibat gizi yang kurang dimasa
kanak-kanak, ditambah lagi dengan kerja 18 jam sehari, 7 hari seminggu
selama 12 tahun merintis usahanya. Hanya semangat hiduplah yang
membuatnya masih bernapas.

Dengan punggung bersandar ke tembok rumah, Matsushita mendengarkan
laporan tentang kondisi perekonomian yang terus memburuk ketika
manajemennya datang menjenguk. Lalu bagaimana tanggapannya?

"Kurangi produksi separonya, tetapi JANGAN mem-PHK karyawan. Kita akan
mengurangi produksi bukan dengan merumahkan pekerja, tetapi dengan
meminta mereka untuk bekerja di pabrik hanya setengah hari.

Kita akan terus membayar upah seperti yang mereka terima sekarang,
tetapi kita akan menghapus semua hari libur. Kita akan meminta semua
pekerja untuk bekerja sebaik mungkin dan berusaha menjual semua barang
yang ada di gudang."

Perintah ini bagi anak buahnya sama anehnya dengan depresi ekonomi itu
sendiri. Kok bisa terjadi, yah ?

Dalam situasi begitu, sangatlah masuk akal jika perusahaan mem-PHK
karyawan demi efisiensi.

Namun Matsushita karena keyakinannya pada sang kebajikan sudah mantap,
demi kelangsungan hidup anak-istri karyawannya, akhirnya mampu
menghasilkan terobosan yang manusiawi pada masa depresi ekonomi
tersebut.

Kebajikan Matsushita terhadap karyawannya mendapatkan hasil yang manis
16 tahun kemudian dari karyawan yang pernah ditolongnya. Ia menuai
buah kebajikannya sendiri.

Ketika Perang Dunia II berakhir, Jenderal Douglas McArthur yang
mengendalikan Jepang, menangkapi semua pengusaha Jepang untuk diadili
karena keterlibatan mereka selama perang.

Pada kurun 1930-an, para pengusaha Jepang, termasuk Matsushita,
mendapat tekanan rezim militer Jepang saat itu untuk memproduksi
senjata dan logistik militer lainnya. Maka Matsushita pun ikut
ditangkap.

Sekitar 15.000 pekerja bersama keluarganya membubuhkan tanda tangan
petisi pembelaan untuk Matsushita!!!

Jenderal McArthur pun tercengang oleh petisi tersebut dan akhirnya
membebaskan Matsushita.

Tidak ada pemilik usaha dan pimpinan industri sebelum perang dunia
kedua yang diizinkan McArthur kembali ke pekerjaannya kecuali
Matsushita.

Demikianlah Matsushita dapat terus memimpin perusahaannya sampai
menjadi raksasa elektronik dunia, dan baru pensiun ada tahun 1989 pada
usia 94 tahun.

Ketika Matsushita meninggal tahun 1990, bukan cuma para pebisnis yang
berduka cita. Presiden Amerika saat itu, George Bush (Senior) pun
turut berduka.

Matsushita berhasil membangun dirinya melewati ambang batas pengusaha
yang umumnya selalu lapar duit dan haus fulus serta menjadi pribadi
yang humanis dan filsuf yang sangat peduli terhadap kemanusiaan.

Bagi Matsushita, uang bukanlah tujuan. Meskipun butuh uang tetapi uang
bukanlah segala-galanya. Baginya, uang adalah sarana untuk melakukan
kebajikan.

Itu sebabnya, beliau tidak pernah menggigit orang, main curang, atau
merebut jatah orang lain. Matsushita yakin bahwa kalau kita tidak
jahat dan terus berbuat baik maka kejahatan akan menjauhi kita dan
kebaikan akan melindungi kita.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar