Rabu, 06 Oktober 2010

Bung Karno, TNI, dan Nuklir

http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=26117
 
2010-10-05
Bung Karno, TNI, dan
Nuklir

Oleh : Markus Wauran

Dalam
suasana memperingati HUT ke-65 TNI, 5 Oktober 2010, patut kita merenung sejenak
kehadiran TNI dalam proses sejarah bangsa terkait dengan sosok Bung Karno
sebagai Presiden I Republik Indonesia. Setelah Bung Karno memproklamirkan
Indonesia Merdeka pada 17 Agustus 1945, pada sidang PPKI 22 Agustus 1945,
dibentuk Badan Keamanan Rakyat disingkat BKR, kemudian diumumkan tanggal 23
Agustus 1945 oleh Presiden Soekarno.
BKR, baik di pusat maupun di daerah
berada di bawah wewenang KNIP dan KNI Daerah dan tidak berada di bawah Presiden
sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Perang. BKR juga tidak di bawah koordinasi
Menteri Pertahanan. BKR hanya disiapkan untuk memelihara keamanan setempat, agar
tidak menimbulkan kesan bahwa Indonesia menyiapkan diri untuk memulai peperangan
menghadapi Sekutu.
Akhirnya melalui Dekrit Presiden Soekarno 5 Oktober 1945
(tanggal mana ditetapkan dan diperingati sebagai hari Kelahiran TNI), BKR
dirubah menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Tanggal 7 Januari 1946, TKR
berganti nama menjadi Tentara Keselamatan Rakyat; Kemudian pada 24 Januari 1946,
dirubah lagi menjadi Tentara Republik Indonesia.
Karena saat itu di
Indonesia terdapat barisan-barisan bersenjata lainnya di samping Tentara
Republik Indonesia, maka pada 6 Mei 1947, Presiden Soekarno mengeluarkan
keputusan untuk mempersatukan Tentara Republik Indonesia dengan barisan-barisan
bersenjata dan menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Penyatuan itu terjadi
dan diresmikan pada 3 Juni 1947. Itu sekilas peranan Bung Karno tentang
pembentukan TNI.
Kemudian dalam proses konsolidasi TNI, berbagai ujian dan
tantangan dihadapi TNI baik itu datang dari dalam maupun dari luar yang
mengancam eksistensi Negara Merdeka, eksistensi Pancasila.
Berbagai ujian
dan tantangan semuanya bisa teratasi, baik melalui operasi militer maupun
melalui perundingan dengan tetap mengacu pada lestarinya Pancasila sebagai
ideologi, falsafah dan dasar negara, serta tetap utuhnya NKRI. Keberhasilan
semua ini tidak terlepas dari kepiawaian kepemimpinan Bung Karno yang brilian
dan berwibawa. Namun, dibalik keberhasilannya, Bung Karno juga pernah mengalami
pembangkangan dari pasukan TNI yang terkenal dengan Peristiwa 17 Oktober 1952.
Bung Karno juga pernah terancam nyawanya melalui penembakan di Cikini,
penembakan di Istana dan percobaan pembunuhan lainnya.Tapi semua peristiwa itu
membuat Kepemimpinan Bung Karno makin kuat, disegani dan
ditakuti.

Indonesia Disegani
Prestasi lain yang diukir Bung Karno yang
tidak terlupakan bagi keluarga besar TNI bahkan seluruh anak bangsa ialah
kemampuan dan keberhasilannya membangun TNI baik Angkatan Darat, Laut dan Udara
menjadi kekuatan tempur yang disegani dan ditakuti di-Asia Tenggara pada awal
tahun 1960-an, sehingga tidak ada negara yang berani melanggar wilayah
perbatasan RI, apalagi mencoba mengambil kepulauan milik RI. Terlepas dari
berbagai kelemahan Bung Karno, namun dari berbagai pemikiran genius, keberanian,
prestasi dan kenangan atas Bung Karno termasuk membangun TNI yang maju, modern,
kuat, kokoh dan perkasa.
Ada satu keputusan Bung Karno yang merupakan
terobosan visioner yang bernilai sangat strategis bagi kemajuan bangsa ke depan
yang tidak diketahui banyak orang. Keputusan yang memiliki nilai visioner dan
strategis ke depan tersebut adalah diresmikannya Reaktor Nuklir pertama di
Indonesia pada tahun 1965 di Bandung untuk tujuan damai demi kesejahteraan
rakyat Indonesia. Reaktor Nuklir tsb bernama TRIGA MARK II. TRIGA singkatan dari
Training, Research, Isotopes, General Atomics. Reaktor TRIGA berarti reaktor
yang berfungsi untuk latihan, penelitian, menghasilkan isotop yang disain dan
manufakturnya oleh General Atomics dari Amerika Serikat. Sampai saat ini di
kawasan Nuklir Bandung d isamping terdapat Reaktor Nuklir TRIGA Mark II, juga
telah dibangun berbagai fasilitas seperti Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan
Radiometri, Laboratorium Fisika, Kimia dan Biologi, Produksi Isotop dan Senyawa
Bertanda dan Klinik Kedokteran Nuklir yang pertama di-Indonesia sebagai embrio
berdirinya unit kedokteran nuklir di Rumah Sakit Hasan Sadikin.
Pembangunan
Reaktor Nuklir Pertama itu mengilhami para penerus Bung Karno untuk membangun
dan melengkapi berbagai fasilitas termasuk pembangunan SDM yang menguasai IPTEK
Nuklir. Yang paling berkesan ialah pada era Presiden Soeharto yang berhasil
membangun Kawasan Nuklir Pasar Jumat Jakarta Selatan (dimulai 1966), Reaktor
Nuklir Kartini di Yogyakarta( 1976), dan Reaktor Nuklir Siwabessy di Serpong
(1987) kemudian diikuti dengan pembangunan berbagai fasilitas modern yang
semuanya disiapkan untuk mendukung pembangunan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga
Nuklir) di-Indonesia.
Presiden Soeharto berhasil membangun fasilitas nuklir
di berbagai tempat itu di samping karena situasi bangsa yang kondusif, juga
berkat dukungan Prof DR Ir BJ Habibie dan kelompok ilmuwannya yang menjadi
arsitek dalam pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan IPTEK Nuklir dengan visi
dan misi yang transparan, terencana, terpadu dan berkesinambungan. Sebenarnya
pada Era Presiden Soeharto Indonesia sudah bisa membangun PLTN namun sebelum
terealisir, Soeharto keburu turun. Di era Presiden SBY dilanjutkan dengan
kelengkapan berbagai peraturan perundang-undangan.
Terkait dengan
pembangunan PLTN sebagai salah satu muara dari ide dasar Bung Karno dalam
pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan IPTEK Nuklir yang diawali dengan
membangun Reaktor Nuklir pertama di Bandung sebagaimana ditegaskan di atas,
posisi Indonesia dewasa ini sebagaimana penilaian Tim Ahli IAEA (International
Atomic Energy Agency) yang bermarkas di Wina, dalam kunjungannya akhir tahun
2009 menyatakan bahwa Indonesia telah sangat memenuhi syarat untuk membangun
PLTN, karena berbagai sarana dan prasarana telah tersedia mulai dari
Kelembagaan, Peraturan Perundang-undangan, SDM, Berbagai fasilitas IPTEK Nuklir,
beberapa alternatif tapak. Tinggal satu syarat yang belum dipenuhi, syarat mana
sangat mutlak diperlukan karena menjadi penentu. Syarat itu adalah Keputusan
Pemerintah untuk Indonesia Go PLTN.
Dalam suasana Peringatan HUT ke- 65 TNI
dan terkait dengan peran TNI, bangsa Indonesia masih diperhadapkan pada
masalah-masalah mendasar menyangkut masalah ketertiban, keamanan, keutuhan dan
kedaulatan NKRI, keberadaan TNI yang mengkhawatirkan dari segi kekuatan,
persenjataan dan keutuhan/kekompakan, masalah perbatasan dan teroris. Terkait
dengan masalah tersebut, maka seluruh prajurit TNI diingatkan kembali dengan
doktrin Jenderal Besar Sudirman yang mengatakan bahwa TNI adalah Tentara Rakyat,
Tentara Kebangsaan dan Tentara Pejuang. Lanjut beliau mengingatkan bahwa
"satu2nya milik nasional yang tetap utuh dan harus tetap utuh adalah TNI." Semua
tantangan yang dihadapi TNI dewasa ini baik di dalam dirinya maupun dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara akan dapat diatasi dengan
sukses apabila jatidiri TNI sebagaimana pesan dari Jenderal Besar Sudirman
menjadi darah daging setiap insan prajurit TNI.
Disisi lain berbagai
persoalan kesejahteraan bangsa yang ditandai dengan berbagai kesenjangan yang
terus menganga di berbagai strata masyarakat yang mengundang berbagai konflik di
akar rumput, mengingatkan kita pada pesan Bung Karno yaitu "Bangsa yang Besar
adalah Bangsa yang Menghargai Para Pahlawannya". Apakah persoalan bangsa yang
kita hadapi dewasa ini baik yang tidak wajar, tidak masuk akal maupun yang tidak
waras, karena kita lupa bahkan mengkhianati jasa, dan amanat para pahlawan kita
termasuk bidang Nuklir? Dirgahayu TNI semoga TNI kembali kokoh, kuat dan
perkasa.
Penulis adalah mantan Anggota DPR/MPR dan Pengurus HIMNI(Himpunan
Masyarakat
Nuklir Indonesia) dan IEN (Institut Energi Nuklir)
 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar