Selasa, 06 September 2011

[alumni-ipb] Negeri Dandang Gula

Lagu/ langgam:

"NEGERI DANDANG GULA"

Semut ireng anak-anak sapi

Kebo bongkang nyabrang kali bengawan

Keong kondhang jarak sungute

Timun wuku ron wolu

Surabaya geger kepati

Gegering wong nguyak macan

Cinandak wadahi bumbung

Alun-alun Kartasuro

Gajah meto cinancang wit sidoguri

Mati cineker pitik trondol.

***** 

Sudah banyak terjemahan bebas mengenai langgam tersebut. Di sini, saya
mencoba mengartikannya per baris dengan terjemahan versi saya, secara bebas,
adalah sebagai berikut :


Semut ireng anak-anak sapi

Maknanya adalah semut hitam, kaum mayoritas namun berukuran kecil, sebagai
rakyat jelata yang dari mereka akan terlahir sapi, sebagai sosok kaum kelas
tinggi, elit dan bangsawan. Dalal langgam ini akan diberikan tips dan trik
bagaimana agar sosok semut ireng, yakni rakyat jelata di negeri kita ini
dapat melahirkan kaum pemimpin/pemerintah
 

Kebo bongkang nyabrang kali bengawan

Seorang putra rakyat jelata dapat menjadi pemimpin jika sosok kebo bongkang
alias kerbau yang besar itu mampu menyeberangi bengawan atau sungai.
Maksudnya, ketika putra rakyat jelata tersebut mampu memanfaatkan tekhnologi
untuk melakukan sesuatu hal yang dirasa mustahil.

 
Keong kondhang jarak sungute

Sudah jelas bagi kita, bahwa keong itu memiliki jarak pandang yang terbatas.
Namun jika sosok rakyat jelata mampu melihat jauh ke depan, tidak berkutat
pada hal yang berjangka pendek saja, tidak mustahil jika rakyat tersebut
bisa menjadi pemimpin.

 
Timun wuku ron wolu

Sebagian menggunakan kalimat "Timun Wuku Gotong Wolu", ada juga yang
"Godhong wolu" dan lain sebagainya. Maknanya adalah seorang rakyat jelata
dapat menjadi hebat jika mampu menjalin persatuan dan kesatuan, sehingga
membentuk sebuah kelompok yang kuat dan siap menopang beban yang berat.

 
Surabaya geger kepati

Ini mengisahkan perihal kondisi sebuah kota yang berada dalam keributan dan
kekisruhan. Bahkan, dikarenakan keributan tersebut banyak nyawa yang
melayang.

 
Gegering wong nguyak macan

Keributan tersebut tak ubahnya keributan orang yang mengejar harimau,
maknanya adalah orang yang mengejar dan mencari pemimpinnya.


Cinandak wadahi bumbung

Kemudian, setelah pemimpin tersebut ditangkap, kemudian dimasukkan ke dalam
penjara.

 
Alun-alun Kartasuro

Ini mengisahkan fakta yang terjadi pada pemerintahan pusat. Sebagaimana saat
itu, Kartasura menjadi pusat pemerintahan


Gajah meto cinancang wit sidoguri

Ada yang menggunakan kalimat "Gajah meto cinancang ing tembe buri".
maknanya, ada sosok pendobrak dan pembaharu, yakni gajah, yang tidak bisa
berkutik di pemerintahan, bahkan terkekang di posisi yang tidak seharusnya,
alias pemerintah tidak menangkap potensinya.


Mati cineker pitik trondol.

Ada yang hanya menggunakan kalimat "Patine cineker ayam". Sosok gajah lama
kelamaan akan mati oleh ulah sosok ayam, sosok tukang ribut yang hanya bisa
mengobrak abrik suasana, sombong dan suka membusungkan dada, serta suka
mengadu domba. Bahkan ayam inilah yang akan mendapat perhatian dari
pemerintahan, serta akan mendapatkan kebebasan, bukan terkekang sebagaimana
sang gajah.


PESAN MORAL:

Maknanya, seorang putra rakyat jelata akan menjadi pemimpin apabila sanggup
menguasai teknologi, bisa berfikir jauh ke depan dan mampu bergotong royong
dengan lingkungannya. Serta mengungkapkan fakta yang terjadi yakni banyaknya
pemimpin yang malah menjadi buronan, banyaknya kaum cendekia yang terkekang,
dan kaum munafik yang kekuasaan dan suara nyaringnya merajalela.


Sumber: Djoko Pranyoto Sri Nugroho (Komunitas Patrap Sambernyawa).

2 komentar: